Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
(15 Januari 2012)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Globalisasi
merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dibendung lagi. Di mana sudah tidak
ada lagi kendala untuk melakukan mobilisasi baik dalam bentuk produk, jasa,
buruh maupun modal. Trend globalisasi ini menghasilkan sebuah fenomena free
trade yang lebih massive lagi. Di mana negara-negara semakin memiliki
keleluasaan dalam menjalin kerjasama perdagangan.
Kerjasama
perdagangan yang dilakukan tidak hanya sebatas kepada negara-negara tetangga
yang memiliki kedekatan geografis atau negara-negara yang masih berada dalam
satu kawasan yang sama. Misalnya saja kerjasama perdagangan yang dilakukan oleh
China dan Filipina, meskipun kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara
tersebut berlandaskan atas kerjasama ASEAN-China.
Sejak
disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara ASEAN-China sejak 2010 dan
mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2011, kerjasama perdagangan bilateral antara
China dan Filipina mengalami peningkatan dibandingkan dengan kerjasama
perdagangan yang dijalin sebelumnya.
Oleh
karena itu, penulis mencoba menelaah dan membedah lebih lanjut mengenai
kerjasama perdagangan yang dijalin oleh China dan Filipina dalam makalah yang
berdudul “Dampak Perdagangan Bebas Dan
Kaitannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN: Studi Kasus Perdagangan
China-Filipina.
2. Pertanyaan
Penelitian
Dalam makalah ini,
penulis mencoba membedah persolan mengenai Bagaimana
trend perdagangan dan pertumbuhan yang terjadi di dalam kerjasama perdagangan
yang dijalin oleh China-Filipina?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kerangka
Teori
a. Globalisasi
Dalam
United Nation Regional Economic and
Social Development Commission in Western Asia (UN-ESCWA), globalisasi
dijelaskan sebagai:
"a widely-used term that can be defined in a number of different
ways. When used in an economic context,
it refers to the reduction and removal of barriers between national borders in
order to facilitate the flow of goods, capital, services and labour... although
considerable barriers remain to the flow of labour... Globalization is not a
new phenomenon. It began towards the end of the nineteenth century, but it
slowed down during the period from the start of the first World War until the
third quarter of the twentieth century. This slowdown can be attributed to the
inward-looking policies pursued by a number of countries in order to protect
their respective industries... however, the pace of globalization picked up
rapidly during the fourth quarter of the twentieth century..."[1]
Dengan demikian jika kita menggunakan
konsep globalisasi dalam konteks ekonomi dan perdagangan, globalisasi diartikan
sebagai semakin kaburnya batas-batas geografis antar negara dalam melakukan
interaksi dan kerjasama. Di mana dalam kondisi globalisasi, arus perputaran
barang, jasa, buruh dan modal akan dengan mudah dilakukan meskipun aktivitas
tersebut dilakukan melewati batas-batas antar negara.
Dalam trend
globalisasi tersebut pun, negara-negara mendapatkan kemudahan dalam menjalin
kerjasama perdagangan. Di mana dalam trend globalisasi tercipta konsep
pergagangan bebas.
b. Free Trade Theory
Adam
Smith, David Ricardo, John Maynard Keynes merupakan para tokoh dan ahli ekonomi
yang mengusung ide perdagangan bebas ini. Secara umum, perdagangan bebas
adalah:
“Free trade is a
policy by which a government does not
discriminate against imports or interfere with exports by applying tariffs (to imports) or subsidies
(to exports). According to the law of comparative
advantage the policy permits trading partners mutual gains from trade of
goods and services.”
Sehingga, dalam perdagangan bebas, suatu negara akan menerapkan kebijakan
dibebaskannya tarif ekspor-impor, tidak adanya subsidi bagi produk lokal. Hal
ini dilakukan agar, kedua belah pihak negara yang melakukan kerjasama
perdagangan mendapatkan apa yang disebut comparative
advantage[2].
Sehingga, kedua negara pun mendapatkan mutual
gains[3]
dari kerjasama perdagangan yang dijalin.
Adapun
kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam konsep perdagangan bebas antara lain:
1) Trade
of goods without taxes (including tariffs) or other trade
barriers (e.g., quotas on
imports or subsidies for producers)
2) Trade
in services without taxes or other trade barriers
3) The
absence of "trade-distorting" policies (such as taxes, subsidies, regulations,
or laws) that give
some firms, households, or factors of production an advantage over
others
4) Free
access to markets
5) Free
access to market information
7) The
free movement of labor between and within countries
8) The
free movement of capital between and within countries
Dengan
demikian, baik globalisasi maupun perdagangan bebas memiliki keterkaitan yang
erat. Karena konsep globalisasi tersebutlah yang kemudian menciptakan konsep
perdangan bebas. Dalam perdagangan bebas, negara-negara pelaku kerjasama
perdagangan antar negara mendapatkan keuntungan dan kemudahan.
Beberapa
keuntungan yang dikejar oleh negara-negara pelaku kerjasama perdagangan bebas
antara lain adalah kebijakan pengurangan tarif, pengurangan biaya ekspor dan
impor, ditiadakannya subsidi terhadap produk lokal, akses yang bebas terhadap
pasar, akses yang bebas terhadap informasi pasar, serta adanya kemudahan arus
perpindahan barang-jasa-buruh-dan modal.
2. Perdagangan
Bebas dan Trend
Perdagangan China-Filipina
Pemerintah China dan Filipina telah melakukan kesepakatan untuk
melakukan pengembangan program kerjasama perdagangan dan ekonomi. Diperkirakan
perdagangan itu akan menggulirkan dana sekitar US $ 60 sampai tahun 2016.
Kesepakaatan tersebut merupakan hasil dari penandatanganan perjanjian bilateral
antara kedua negara yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Filipina,
Albert del Rosario, dengan mitranya yang disaksikan oleh Presiden Benigno
Aquino III serta Presiden China, Hu Jintao di Beijing pada 31 Agustus 2011.[4]
Peningkatan kerjasama di antara kedua negara tersebut, selain pada
bidang ekonomi dan perdagangan juga merambah ke bidang-bidang lain yang
strategis, seperti kerjasama kementrian luar negeri, jaringan televisi, upaya
mempromosikan Filipina ke investor China, bidang informasi, olahraga dan
pariwisata. Dari kesepakatan kerjasama tersebut pun, Filipina
mendapatkan kontrak perusahaan China, ZTE, untuk membangun jaringan broadband
dan proyek jalan kereta api senilai 330 juta dolar AS.
Dalam kesepakatan tersebut, Presiden
Filipina, Benigno Aquino, mencoba mendesak para pengusaha China untuk
menginvestasikan modalnya di Filipina. Presiden Benigno Aquino, mencoba
melakukan perubahan kerjasama ekonomi yang lebih bebas sekarang ini. Dalam
Forum Ekonomi dan Perdagangan Filipina-China, Ia mengutarakan bahwa Ia akan mencoba
mengambil jalan pintas supaya dapat terwujud kesepakatan bersama.
Tahun
|
Trend Perdagangan
|
|
Ekspor Filipina ke China
|
Ekspor China ke Filipina
|
|
2008
|
US $ 1,5 Milyar
|
|
2009
|
US $ 2,9 Milyar
|
US $ 5,6%
|
2010
|
US $ 4,7
Milyar
|
US $ 5,3
Milyar
|
2011
|
US $ 26 Milyar
|
|
-
|
||
Ekspektasi 2016
|
US $ 60 Milyar
|
Sumber: Dimodifikasi oleh penulis dari berbagai sumber:
ü
Data Kementrian Perdagangan Filipina
dan Pusat Investasi Beijing. Jia Xiang. “Kerjasama China dengan Filipina.” http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 6 Januari 2012
pukul 18.45 WIB.
ü
Cheng Guangjin dan Lan
Lan. China Daily: “Sino-Philippine Trade
to Double”. 1 September 2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm.
Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 17.00 WIB.
ü China
Radio Internasional. “Kerjasama Ekonomi
dan Perdagangan Tiongkok-Filipina Meningkat.” 21 Maret 2011. http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm.
Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 17.20 WIB.
Selain kerjasama perdagangan atas
komoditas perdagangan yang kedua negara tersebut lakukan. Kerjasama investasi
antara kedua negara tersebut pun meningkat. Hal ini menunjukkan kerjasama yang
baik. Yang di dapat dari data Tiongkok, investasi riil Tiongkok di Filipina
dalam sektor keungan pada tahun 2010 tercatat sebesar US $ 86 juta, meningkat
sebesar 112,5 %, sedangkan Tiongkok menyerap modal Filipina sebesar US$ 11,59
juta, meningkat 97,8%.[5]
Adapun bidang utama investasi Tiongkok di Filipina adalah sektor pertambangan, manufaktur, dan energi listrik.
Sedangkan investasi Filipina di Tiongkok terutama dalam bidang properti dan
ritel.
Dengan terjalinnya kerjasama
perdagangan bebas di antara China dan Filipina, maka sektor pariwisata di
antara kedua negara pun memperlihatkan peningkatan. Dalam melakukan kerjasama
tersebut, China tidak semata-mata hanya mengejar kepentingan ekonomi, tetapi
juga politik, sosial dan budaya.
Liu Jianchao, seorang duta besar
China untuk Filipina mengemukakan bahwa kerjasama perdagangan bebas yang
dijalin antar China dan Filipina akan mendatangkan kesempatan yang besar.
Karena dengan potensi ekspor yang dimiliki Filipina dalam komoditi elektronik,
produk agrikultur, buah-buahan, ikan dan mineral, Filipina dapat memanfaatkan
kesempatan yang ada dan mendapatkan comparative
advantage dari kerjasama yang terjalin.
Selain comparative advantage itersebut, Investasi yang semakin berkembang
antara China dan Filipina pun akan dapat mendorong pembangunan di Filipina,
hal-hal tersebut lah yang menjadi beberapa faktor pendorong dijalinnya
kerjasama perdagangan bebas yang semakin intens digalakkan oleh Pemerintah
China dan Filipina.
3. Analisa dan Pemikiran Penulis
Lahirnya
perdagangan bebas akibat dari fenomena globalisasi memang sudah tidak dapat
dibendung lagi. Di mana setiap negara sekarang ini, harus bersiap menghadapi
kedua fenomena tersebut. Kerjasama perdagangan yang dijalin antara China dan
Filipina pun merupakan akibat dari lahirnya globalisasi dan perdagangan bebas
tersebut.
Kedua
negara, baik China dan Filipina berupaya menjalin kerjasama perdagangan dan
investasi yang sama-sama menguntungkan. Sebelum terjalinnya kesepakatan China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA),
dapat dilihat bahwa kegiatan perdagangan dan arus investasi antara kedua negara
tersebut masih relatif kecil. Dan, jika dibandingkan dengan kerjasama yang
dilakukan paska terjalinnya kesepakatan China-ASEAN
Free Trade Area (CAFTA), maka pertumbuhan kerjasama di antara kedua negara
tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.
Dalam
kerjasama ekonomi yang dilakukan antara China dan Filipina, telah tergambar
prinsip-prinsip perdagangan bebas di mana di antara kedua negara telah terjadi free movement of goods, services, labour,
and capital.
Peningkatan-peningkatan
kegiatan perdagangan dan investasi di
antara keduanya semakin progresif. Bahkan, kedua negara tersebut,
berupaya menggenjot kerjasama perdagangan dan investasi hingga US $ 60 Milyar
pada tahun 2016 mendatang.
Dengan
demikian, kedua negara telah dapat memanfaatkan kesempatan dengan
sebaik-baiknya di dalam kerjasama yang terjalin tersebut. Sehingga, kedua
negara mendapatkan comparative advantage atas kerjasama kedua belah pihak.
Namun,
seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin melambat, perlu juga
adanya kewaspadaan di antara kedua negara tersebut atas kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja
terjadi dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun ke depan.
Di
mana, pasca terjadinya krisis ekonomi di Amerika dan Eropa, pertumbuhan ekonomi
China semakin melambat. Jika pertumbuhan ekonomi China melambat, sedangkan
China merupakan negara yang selama ini bisa dibilang great powers dalam bidang ekonomi dan menjadi leader dalam bidang ekonomi di kawasan Asia Pasifik, maka dampak
yang negatif pun akan teradiasi ke negara-negara sekitarnya, khususnya
negara-negara yang menjalin kerjasama perdagangan dan investasi dengan China.
BAB III
KESIMPULAN
Baik globalisasi
maupun perdagangan bebas memiliki keterkaitan yang erat. Di mana trend
globalisasi akan menciptakan konsep perdagangan bebas. Sehingga, negara-negara
di dunia internasional mendapatkan kemudahan dari atas fenomena tersebut.
Negara-negara yang menerapkan kebijakan perdagangan bebas dapat melakukan
perputaran jasa, barang, buruh dan modal dengan mudah dan dapat menembus
batas-batas geografis suatu negara.
Dalam hal ini,
China dan Filipina menjalin kerjasama perdagangan bebas tersebut. Jika dilihat
dari trend perdagangan yang ada, tergambar bahwa kedua negara mengalami
peningkatan kerjasama perdagangan. Di mana setiap tahun, trend perdagangan
selalu meningkat.
Jadi, baik China
maupun Filipina dapat memanfaatkan momentum tersebut, sehingga kedua belah
pihak dapat meraih comparative advantage
dari kerjasama perdagangan yang dijalin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
AFTA Reader, Vol. V, The Sixth ASEAN
Summit and The Acceleration of AFTA. December 1998. Jakarta: ASEAN Secretariat.
ASEAN Selayang Pandang. 1996. Jakarta:
Secretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
Dam, Sjamsumar dan Riswandi. Kerjasama
ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. 1995. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Jurnal
dan Internet:
Shen Hongfang.
Beijing, 24-25 Juni 2006. Implication of
China’s WTO Entry on PhilippineEconomic Growth and Development.
Aning, Jerome. Philippine Daily
Inquirer: “Philippines, China Trade Grows
Despite Row.” 20 Desember 2011. http://globalnation.inquirer.net/21171/philippines-china-trade-grows-despite-row.
Di akses pada 6 Januari 2012 pukul 14.00 WIB.
Cheng Guangjin dan Lan Lan. China Daily:
“Sino-Philippine Trade to Double”. 1
September 2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm.
Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 17.00 WIB.
China Radio Internasional. “Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Filipina
Meningkat.” 21 Maret 2011. http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm.
Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 17.20 WIB.
Jia Xiang. “Kerjasama
China dengan Filipina.” 12 Januari 2012. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 13 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.
Kompas.
ASEAN-China Menguat. 13 Agustus 2011. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/13/03273846/ASEAN-China.Menguat.
. Di akses pada 6 januari 2012 pukul 16.00 WIB.
Liu Jianchao. “Full Establishment of China-ASEAN Free Trade Area.” 2 Januari
2010.http://www.philstar.com/Article.aspx?articleId=537451&publicationSubCategoryId=63.
Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 15.00 WIB.
[1] Summary of the Annual Review of Developments in Globalization and
Regional Integration in the Countries of the ESCWA Region by the United Nations
Economic and Social Commission for Western Asia.
[2] Comparative advantage merupakan suatu konsep yang diusung oleh
David Ricardo. In economics,
the law of comparative advantage says
that two countries (or other kinds of parties, such as individuals or firms
thereas) will both gain from trade if, in the absence of trade, they have
different relative costs for
producing the same goods.
[3] Mutual gains adalah merupakan suatu
konsep di mana apabila dua negara menjalin kerjasama perdagangan, maka kedua
negara tersebut akan sama-sama mendapatkan keuntungan.
[4] Jia Xiang. Kerjasama China dengan Filipina. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01.
Di akses pada 6 Januari 2012 pukul
18.45 WIB.
[5] China Radio Internasional. 21 Maret 2011. Kerjasama Ekonomi dan
Perdagangan Ekonomi Tiongkok-Filipina meningkat. http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm
Happy reading and enjoy it :)
No comments
your comment awaiting moderation