Penulis: Siti Wulandari, Cut Febriani Mawar Savitri, Shendy Eryanto
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
(28 Juni 2012)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Di akhir dekade 1990an,
muncul fenomena naiknya pemimpin-pemimpin berhaluan kiri di kawasan Amerika
Latin. Hingga awal tahun 2009, sebanyak 15 dari 21 negara-negara di kawasan Amerika
Latin memiliki presiden yang berasal dari partai yang dianggap berhaluan kiri
atau setidaknya kiri moderat[1]. Kondisi ini kontras
dengan perkembangan yang sebelumnya berlangsung pada awal dekade 1990an, dimana
64% presiden di negara-negara kawasan Amerika Latin berasal dari partai
berhaluan kanan. Pemimpin-pemimpin berhaluan kiri ini menganut paham sosialisme
yang cenderung moderat, sehingga fenomena naiknya pemimpin-pemimpin berhaluan
kiri tersebut diistilahkan sebagai pink
tide alih-alih red tide dimana
warna merah kerap diasosiasikan dengan paham kiri.
Naiknya Hugo Chávez
menjadi presiden di Venezuela pada tahun 1998 seolah menjadi preseden atas
berlangsungnya fenomena pink tide
hingga kini. Hal ini dikarenakan sejak naiknya Hugo Chavez lah pemimpin-pemimpin
kiri lainnya di negara-negara kawasan Amerika Latin mulai turut terpilih
menjadi presiden di negaranya masing-masing. Hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan bahwa Venezuela telah memainkan peran dalam naiknya
pemimpin-pemimpin berhaluan kiri di kawasan Amerika Latin. Dalam makalah ini,
tim penulis akan membahas tentang langkah-langkah yang dilakukan Venezuela
sebagai upaya memainkan perannya dalam naiknya pemimpin-pemimpin kiri di
Amerika Latin. Kemudian tim penulis akan menganalisis kepentingan di balik
peran yang dimainkan Venezuela tersebut.
2.
Pertanyaan Penelitian
Mengapa Venezuela memainkan perannya dalam naiknya
pemimpin-pemimpin kiri di Amerika Latin?
3.
Hipotesis
Venezuela memainkan
peran dalam naiknya pemimpin-pemimpin kiri di Amerika Latin sebagai upaya
meraih kepentingan nasionalnya yaitu meningkatnya power negara. Peran yang
dimainkan tersebut akan menciptakan pengaruh terutama di sekitar lingkup
pengaruhnya (sphere of influence).
Lebih lanjut lagi, apabila peran telah menimbulkan pengaruh, maka power Venezuela akan meningkat. Hal ini
juga berarti bahwa kepentingan nasional Venezuela turut tercapai.
BAB II
KERANGKA TEORI
1.
Definisi Konseptual
a.
Kepentingan
Kepentingan,
di mana dalam makalah ini fokus pada kepentingan nasional suatu negara, dapat
didefinisikan sebagai tujuan dan ambisi suatu negara baik dari bidang ekonomi,
militer, maupun budaya. Kepentingan negara merupakan suatu hal yang
diperjuangkan oleh negara untuk mendapatkan keamanan, kesejahteraan dan
mempertahankan kelangsungan kehidupannya. Di mana kelangsungan hidup suatu
negara tersebut akan dapat berlangsung dengan ditunjang oleh power, pertumbuhan ekonomi dan kekayaan
yang dimiliki oleh suatu negara.
Hal
tersebut sesuai dengan pemikiran Hans J. Morgenthau mengenai sifat dan perilaku
negara dalam sistem internasional. Di mana Morgenthau, mengklasifikasikan
kepentingan nasional yang vital sebagai keamanan, kebebasan, kemerdekaan, dan
perlindungan institusi terhadap rakyat, dan nilai-nilai fundamental suatu
negara.[2] Untuk mendapatkan
kepentingan nasional yang vital itu maka negara harus memiliki power yang besar sehingga tidak terancam
oleh keberadaan negara lain.
b. Peran
Peran dalam konsep
peran negara merujuk pada kerangka
pemikiran dan pembuatan kebijakan yang mencoba mengadaptasikan demokrasi sosial
dalam sebuah dunia yang fundamental telah berubah[3].
Posisi ini merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam
suatu sistim sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri. Peran juga
diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok
sosial.
c.
“Kiri” di Amerika Latin
Arti kiri pada wilayah Amerika Latin sudah pasti berbeda
dengan “kiri” pada masa lalu. Meskipun tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas
mereka tetap tidak berubah, tetap saja cara-cara untuk mencapainya telah
mengalami perkembangan di dalam konteks globalisasi. Lain daripada itu,
perubahan tersebut juga berkaitan dengan pelajaran-pelajaran yang mereka dapat dari
ketidakberhasilan program pembangunan di masa-masa lalu. Pada umumnya kalangan
“kiri”, dengan segala variasinya, memahami pentingnya disiplin makroekonomi dan
pengaturan ekonomi pasar (regulated market economies), serta juga nilai dari
supremasi hukum (rule of law). Pada saat bersamaan, mereka juga tidak mau
membabi buta menghantam seperangkat kebijakan neoliberal yang mendorong
pemerintah untuk tidak mengucurkan dana-dana sosial demi tujuan disiplin
fiskal.[4]
Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Maxwell A. Cameron.[5]
Ia mendefinisikan “kiri” sebagai para pemimpin, partai, dan gerakan yang
berupaya untuk mengeliminasi ketimpangan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat
melalui cara-cara yang beragam, baik melalui mobilisasi organisasi-organisasi
“akar-rumput” yang bersifat atau berasal dari “bawah” (bottom-up),
inisiatif-inisiatif kebijakan (top-down) dari para pemimpin populis (personal),
atau legislasi melalui partai-partai parlementaris. Kalangan “kiri”
mengadvokasi penggunaan kekuasaan negara untuk menangani akibat-akibat negatif
dari beroperasinya pasar, baik atas
dasar koalisi multi-kelas yang luas maupun sebagai tanggapan atas
tuntutan-tuntutan dari kelompok, sektor, atau kelas sosial tertentu. Mereka
juga mempromosikan transformasi hubungan negara dan masyarakat melalui
partisipasi kerakyatan (popular
participation), melawan struktur dominasi melalui gerakan masyarakat,
kelas, warga, dan kadangkali berbasis etnisitas.
2.
Operasionalisasi Konsep
a.
National Interest
Menurut
Morgenthau, kepentingan nasional adalah jantung dari seluruh perpolitikan.
Sehingga dalam tingkat internasional, seluruh negara berupaya meraih
kepentingan nasionalnya masing-masing yang umumnya diartikan sebagai power.
Morgenthau menekankan bahwa kepentingan nasional tidak hanya merupakan suatu
keharusan politis yang mengarahkan tindakan suatu negara, melainkan juga
merupakan suatu tugas moral yang diemban negara sebagai pengarah; standar
pemikiran; aturan tunggal terkait langkah yang akan diambil[6].
Morgenthau
mengemukakan bahwa kepentingan nasional tidak selalu sama dari waktu ke waktu.
Kepentingan nasional dapat berubah seiring dengan perubahan lingkungan tempat
negara tersebut berinteraksi. Lingkungan memainkan peran besar dalam membentuk
kepentingan yang menentukan langkah politis[7]. Karenanya, penekanan
power senantiasa harus dapat beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah dalam
politik internasional.
Ø Power;
Power dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu aktor
untuk mengendalikan, atau setidaknya mempengaruhi aktor-aktor lain atau hasil
peristiwa tertentu. Suatu aktor dikatakan kuat (powerful) apabila aktor tersebut dapat melindungi diri dari
pengaruh buruk atau koersi kekuatan luar melalui formulasi dan implementasi
kebijakan[8].
Sebagian ahli seperti
Nye memfokuskan konsep power sebagai
suatu hal, kekuatan atau kapasitas yang menyajikan kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku aktor lainnya agar sesuai dengan keinginan suatu aktor[9]. Sehingga dapat dikatakan
bahwa salah satu dimensi eksternal dari power
suatu aktor mencakup kapasitas yang dimiliki aktor tersebut untuk mengendalikan
perilaku pihak lain atau menciptakan suatu bentuk kepatuhan. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, pengaruh suatu aktor yang kuat dapat terlihat dengan
adanya perilaku atau tindakan aktor-aktor lain yang merupakan hasil atau
tanggapan atas tindakan yang dilakukan aktor yang kuat tersebut.
Sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya, Nye berpendapat bahwa salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk meraih pengaruh adalah dengan menarik perhatian atau
bekerjasama dengan aktor lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan aktor
tersebut. Upaya menarik perhatian ini dapat diasosiasikan dengan upaya aktor
tersebut dalam memainkan peran terhadap dinamika yang berlangsung dalam situasi
domestik aktor lainnya.
Ø Pengaruh;
Dalam politik
internasional, pengaruh merupakan klaim yang dilakukan oleh suatu Negara untuk
melakukan kontrol eksklusif atau kontrol yang mendominasi di suatu wilayah atau
kawasan lain. Konsep ini dapat mengacu kepada klaim politik untuk melakukan
kontrol eksklusif, di mana suatu Negara bisa saja mengakui atau pun tidak
mengakuinya.[10]
Ruang lingkup pengaruh
atau yang biasa juga disebut sebagai zona pengaruh dan ruang lingkup
kepentingan, merupakan sebuah konsep diplomasi di mana suatu wilayah menunjukkan
adanya pengaruh militer, budaya, dan ekonomi yang signifikan dari aktor (power)
lain.[11]
Secara umum, para ahli
ilmu politik menggunakan konsep power sebagai kemampuan suatu aktor
mempengaruhi aktor lain dalam sistem internasional. Pengaruh ini dapat berupa
tindakan koersif, daya tarik, kerjasama ataupun kompetisi. Mekanisme penyebaran
pengaruh ini pun dapat dilakukan dengan menggunakan ancaman ataupun paksaan,
interaksi ekonomi maupun tekanan, diplomasi serta pertukaran budaya.
b.
Kerangka Berpikir Penulis
|
Sumber: Modifikasi
Penulis
BAB III
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA
1.
Kebangkitan Venezuela pada Masa Pemerintahan Hugo
Chavez
a.
Merubah pemikiran perubahan reformasi ke arah
revolusi permanen ala Trotsky
Hugo
Chavez merupakan pelopor kebangkitan ideologi kiri di Amerika Latin. Ia
membangun gerakan sosial-demokrasi sebagai perlawanannya terhadap dominasi
kapitalisme. Chavez mulai meninggalkan bentuk-bentuk sosial demokrasi yang
reformis dan mulai bergerak berdasarkan konsepsi revolusi permanen Trotsky. Konsepsi
revolusi permanen Trotsky merupakan upaya pembangunan kesadaran kelas
revolusioner, melakukan revolusi sosialis dan konsolidasi internasional dengan
pemerintah sosialis di berbagai Negara.[12]
Alasan
Chavez mengubah pola geraknya tersebut karena Ia menyadari adanya kontradiksi
internal dalam sosialisme Venezuela, terutama ketika kudeta militer yang
dilakukan oleh Pedro Carmona yang disponsori oleh Amerika Serikat terhadapnya.
Dengan demikian, Chavez mengadopsi bentuk marxisme revolusioner yang diimplementasikan
pada revolusi Bolivarian, yaitu revolusi konstitusi yang revolusioner. Paska
terpilihnya sebagai Presiden Venezuela, Chavez melakukan referendum untuk
membentuk dewan konstituante untuk membentuk konstitusi baru yang pro rakyat
sebagai langkah revolusi konstitusi yang Ia cita-citakan.
b.
Revolusi Bolivarian
Hugo
Chavez melanjutkan cita-cita dan prinsip-prinsip Simon Bolivar, seorang tokoh
nasionalis revolusioner anti penjajahan Spanyol. Simon Bolivar yang dikenal
juga sebagai Bapak Kemerdekaan Amerika Latin merupakan inspirasi bagi Chavez.
Simon
Bolivar adalah tokoh yang berani melawan kolonialisme dan membebaskan beberapa
Negara-negara Amerika Latin (Kolombia, Venezuela, Ekuador, Peru dan Bolivia)
dari ketertindasan dan penjajahan. Simon Bolivar juga berkeinginan untuk
melakukan integrasi negara-negara di kawasan Amerika Latin.
Chavez
mengembangkan pemikiran Simon Bolivar menjadi garis revolusioner untuk mengubah
negeri, pemerintahan dan masyarakat Venezuela. Hal inilah yang menjadi pijakan
revolusi Bolivarian yang dilakukan Chavez.
Revolusi
Bolivarian bermula pada saat Chavez memimpin sekelompok perwira menengah di
tubuh angkatan darat Venezuela untuk melakukan kudeta bersenjata yang bertujuan
menggulingkan Presiden Perez untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Venezuela
pada 4 Februari 1992. Gerakan ini
disebut sebagai Simon Bolivar Revolutionary Movement. Namun kudeta militer
tersebut gagal. Akhirnya, Chavez dipenjara selama dua tahun.
Revolusi
Bolivarian ini disebut juga sebagai sosialisme Bolivarian, sosialisme
revolusioner dan demokratik, sosialisme partisipatif, serta disebut juga
sebagai sosialisme abad 21. Melalui revolusi Bolivarian ini, Chavez ingin
mengembalikan dan membangkitkan kembali sosialisme, seperti pidato yang
disampaikan olehnya “Nous l’appelons
bolivarienne, mais c’est du socialism. Nous devons reinventer le socialism.” (Kita
sebutkan Bolivarian, tetapi itu adalah sosialisme. Kita harus menciptakan
kembali sosialisme).
Pada
tahun 1994, Chavez dan seluruh tahanan politik serta militer dibebaskan karena
amnesti yang diberikan oleh Presiden Rafael Caldera. Pada masa pemerintahan
Caldera, perekonomian Venezuela mengalami keadaan yang buruk. Devaluasi mata
uang yang diterapkan oleh pemerintah menyebabkan peningkatan inflasi sebesar 70,8
% pada tahun 1994. Dalam kondisi ini agenda privatisasi semakin banyak dan
angka kemiskinan bertambah.
Chavez
telah menjadi seorang tokoh pembebas di Venezuela, banyak dikenal rakyat
Venezuela dan mendapat dukungan dari kekuatan anti oligarki. Chavez memutuskan
untuk terlibat dalam proses politik demokrasi electoral untuk merebut kekuasaan
politik. Melalui organisasi Movimento Quinta Republica (MVR) atau the Fifth
Republic Movement, Ia melakukan kampanye ke seluruh negeri dengan mengusung
tema-tema yang masih sama seperti gagasan awalnya pada tahun 1992.
c.
Kebangkitan Ekonomi Venezuela bersama IMF dan Bank
Dunia pada Masa Revolusi Bolivarian
Venezuela mulai membutuhkan pinjaman
luar negeri sejak krisis ekonomi yang melanda venezuela pada tahun 1989. Pinjaman
yang diterima dari IMF berupa “three year extended fund facility"
dengan jumlah US$ 4,8 milyar.
Sejak itu sistem perekonomian Venezuela
menjadi lebih terbuka atas saran dan bantuan sistem pengelolaan ekonomi yang
dilakukan oleh IMF dan World Bank.
Pemerintahan Bush, pemerintah dan bank
komersial lainnya sedang mempersiapkan untuk hibah Venezuela mendekati $ 2
miliar pinjaman darurat[13]
untuk membantu negara itu cuaca krisis ekonomi yang telah membawa kerusuhan dan
pembunuhan ke Caracas, pemerintah dan perbankan pejabat mengatakan hari ini.
Selama masa Pemerintahan Bush, Amerika
Serikat beserta Institusi Keuangan dunia lainnya juga mempersiapkan dana
pinjaman mendekati US$ 2 Milyar sebagai pinjaman darurat. Pinjaman ini
digunakan untuk mengatasi krisis ekonomi di Venezuela yang berdampak pada
kerusuhan dan inflasi yang tinggi ke negara-negara lain.
Bantuan IMF untuk Venezuela:
1989 : Bantuan IMF pertama kali diberikan untuk
Venezuela
3 Juni 1996 : IMF
mendatangani kesepakatan pemberian pinjaman sebesar US$ 1,4 Milyar untuk
Venezuela
12 Juli 1996 : Venezuela
mendapatkan pinjaman dana sebesar US$ 1,4 Milyar dari IMF
30 April 2007 : Presiden Hugo
Chavez mengumumkan bahwa Ia akan mengeluarkan Venezuela dari jeratan hutang IMF
dan Bank Dunia. Ini merupakan suatu simbol kemajuan yang besar, Venezuela telah
membayar hutang luar negerinya terhadap institusi-institusi keuangan dunia
tersebut.[14]
Pada awal masa
pemerintahannya, Chavez masih mengikuti kebijakan-kebijakan berhaluan
neoliberal yang ditetapkan pendahulunya yaitu Rafael Caldera. Sebelumnya,
Caldera telah mengajukan permohonan hutang kepada IMF pada tahun 1996 guna
memulihkan perekonomian dalam negeri. Permohonan hutang tersebut dilakukan guna
menjalankan program pemulihan ekonomi yang disusun Caldera pada tahun 1994,
yaitu The Plan de Solidaridad Social. Bersama IMF, Caldera menyusun suatu
program stabilisasi makroekonomi yang dinamai Agenda Venezuela. Pada awal masa
pemerintahan Chavez, kebijakan makroekonomi yang dijalankan Caldera masih
dijalankan dengan adanya aturan fiskal dan kendali moneter. Sejalan dengan
berlangsungnya program tersebut, Chavez perlahan melakukan berbagai penyesuaian
kebijakan terhadap program-program sosial yang disusunnya[15].
Pada awal masa
pemerintahan Chavez pula, Venezuela bekerjasama dengan Bank Dunia dalam
menjalankan program sosialnya. Program tersebut bertujuan mengurangi tingkat
kemiskinan dan mewujudkan pemerintahan yang baik. Program tersebut juga mengacu
pada Millennium Development Goals (MDGs) yang ditawarkan The United Nation
Development Programme (UNDP) pada tahun 2000 guna mengentaskan kemiskinan,
menghapuskan buta huruf dan mengurangi kematian anak, seiring dengan beberapa
tujuan pembangunan lainnya. Bersama Bank Dunia dan UNDP, jalannya program
sosial pada awal masa pemerintahan Chavez tetap mengacu pada ide bahwa
pertumbuhan ekonomi dapat tercapai dengan adanya integrasi pasar neoliberal dan
pengentasan kemiskinan. Lebih jauh lagi, pada tahun 2002 Bank Dunia memberikan
bantuan dana sebesar $60.7juta dalam proyek Caracas Slum Upgrading. Bantuan
dana juga dikeluarkan guna meningkatkan jasa kesehatan umum, transportasi urban
dan keuangan[16].
Dengan suksesnya
program-program sosial dan keuangan yang diteruskan Chavez pada masa
pemerintahannya melalui kerjasama dengan Bank Dunia dan pemanfaatan hutang yang
masih dimiliki dari IMF, Venezuela mengalami pertumbuhan ekonomi yang
signifikan pada tahun 2000. Pertumbuhan ekonomi meningkat pesat dari yang
sebelumnya mengalami penurunan sebesar 7.2% pada tahun 1999 hingga pada tahun
2000 mengalami kenaikan sebesar 3.2%, sebagaimana yang dapat dilihat melalui
grafik berikut:
Grafik 1. GDP Venezuela dari tahun
1999-2010 (dalam persentase pertumbuhan)[17].
Pada tahun 2000
pula, Venezuela berhasil membayar seluruh hutangnya kepada IMF. Hutang yang
mulai diterima Venezuela dari IMF sejak tahun 1989 perlahan dibayar sejak
dimulainya masa pemerintahan Chavez pada tahun 1999 hingga lunas pada awal
tahun 2001[18].
Dari grafik
tersebut, dapat pula diketahui bahwa Venezuela mengalami fluktuasi ekonomi yang
cukup dinamis sepanjang masa pemerintahan Chavez. Menurunnya tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 dan 2003 diperkirakan merupakan akibat dari
kudeta yang berlangsung terhadap pemerintahan Chavez pada tahun 2002. Dengan
adanya kudeta ini pula, Chavez mulai memperketat kendali pemerintah atas
perusahaan minyak negeri, PDVSA. Kendali tersebut dilakukan melalui perubahan
struktur internal PDVSA yang memungkinkan pemerintah memanfaatkan keuntungan
yang dihasilkan perusahaan tersebut. Perubahan struktur PDVSA yang dilakukan
Chavez ini bertepatan dengan naiknya harga minyak dunia sejak bulan Desember
2002[19]. Hal ini dapat
menjelaskan kenaikan signifikan yang diraih Venezuela sejak tahun 2003.
Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun selanjutnya sejak 2004 mengalami
penurunan, namun tingkat perekonomian Venezuela masih jauh lebih tinggi
daripada perekonomian pada masa sebelum pemerintahan Chavez.
Venezuela mulai melepaskan hubungannya
dengan IMF dan Bank Dunia sejak Hugo Chavez menjadi presiden Venezuela pada
tahun 1999. Baru-baru ini (2007) Venezuela telah membayar hutang luar negerinya
kepada IMF dan Bank Dunia lima tahun lebih awal dari jadwal yang ditetapkan.
Karena ini, Venezuela dapat menghemat anggaran sebesar US$ 8 juta.[20]
Pemutusan hubungan Venezuela dengan IMF karena Venezuela telah mendapatkan
kembali sumber daya minyaknya yang telah dikuasai oleh pihak asing. Chavez
melakukan nasionalisasi terhadap sektor-sektor ekonomi sejak tahun 2007 agar
dapat mengelola dan menontrol sumber daya alamnya sendiri.
Sektor petroleum merupakan sektor
ekonomi yang mendominasi perekonomian Venezuela. Di mana 70% ekspor Venezuela
adalah minyak, dan 50% pendapatan pemerintah didapat dari minyak. Setelah
melunasi hutang-hutangnya, Venezuela memutus hubungan dengan
institusi-institusi keuangan tersebut, dan Kantor IMF di Venezuela pun ditutup.
Setelah itu, Chavez menginisiasikan dibentuknya Bank Selatan sebagai institusi
ekonomi yang dapat membantu dan memberikan pinjaman dana bagi negara-negara
Amerika Latin.
Pemerintah Venezuela juga akan mengambil
alih operasi perusahann minyak. US Firms, ConocoPhillips, Chevron and
ExxonMobil, Britain's BP, Norway's Statoil and France's Total telah setuju atas
pemindahan kontrol operasi ke pemerintah Venezuela.[21]
Chavez mengatakan bahwa ia akan mengakhiri kebijakan Washington dan akan
mengembalikan kontrol sumber daya Venezuela ke tangan pemerintah Venezuela.
Reformasi-reformasi
yang dilakukan oleh Hugo Chavez antara lain adalah:
1)
Pada bulan November 2001, Presiden Hugo
Chavez menyosialisasikan 49 reformasi Undang-Undang Pemerintah. Reformasi
Undang-Undang itu termasuk juga reformasi tanah dan industri minyak.
2)
Pada 25 Februari 2002, Hugo Chavez
menunjuk direksi baru untuk memonopoli Perusahaan “Petroleos de Venezuela” tetapi ditolak oleh pihak eksekutif.
3)
Pada Januari 2005, Presiden Chavez
menandatangani dekrit reformasi tanah yang bertujuan untuk menghilangkan
perkebunan besar Venezuela yang dimiliki oleh pribadi. Presiden mengatakan
redistribusi tanah yang dilakukan akan membawa keadilan untuk orang miskin
pedesaan dan para peternak.
4)
Sejak bulan Juni 2005, Venezuela dan 13
negara Karibia meluncurkan perusahaan minyak daerah pada pertemuan puncak di
Caracas. Venezuela, produsen utama, setuju untuk memasok negara-negara dengan
bahan bakar murah. Kritikus menuduh Presiden Chavez menggunakan minyak untuk
meningkatkan pengaruh diplomatik.
5)
Pada Januari 2007, Chavez juga
mengumumkan bahwa perusahaan energi dan telekomunikasi milik asing di Venezuela
juga akan dinasionalisasi.
6)
Maret 2007, Chavez telah mengukur ulang
perkebunan besar yang akan di redistribusikan kepada rakyat miskin, petani dan
peternak sesuai dengan rencana reformasi agrarian.
7)
Dan pada Mei 2007, Pemerintah Venezuela
mengambil kendali dari proyek minyak di Delta Orinoco sebagai bagian dari
program nasionalisasi.
8)
September 2008, Pemerintah menyetujui
nasionalisasi distributor bahan bakar rumah tangga dan pompa bensin. Venezuela
dan Rusia pun menandatangani kesepakatan kerja sama minyak dan gas.[22]
Chavez
mengatakan bahwa, Venezuela akan menasionalisasi 11 rig minyak yang dimiliki
oleh sebuah perusahaan AS.[23]
Pengambilalihan rig, yang dimiliki oleh Helmerich dan perusahaan minyak Payne,
adalah langkah terbaru dalam program nasionalisasi sebagai bagian dari sosialis
"revolusi Bolivarian" yang digalakkan oleh Hugo Chavez, presiden.
Venezuela
melakukan pengaturan ulang kredit minyak dari China untuk memaksimalkan
keuntungan Venezuela. Di mana kredit tersebut digunakan untuk pembangunan
proyek infrastruktur lapangan kerja yang baru.[24]
Perjanjian keuangan antara Venezuela dan China telah
diubah. Amandemen perjanjian ini untuk
memastikan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Bank Pembangunan China, yaitu
sebesar Rp. 12 Milyar sebagai dana bersama (Heavy Fund). Dan untuk itu,
Venezuela harus mengekspor minyak ke Asia tidak kurang dari 230.000 barel per
hari.[25]
Pengiriman minyak ini dilakukan untuk membayar kembali pinjaman tiga tahun yang
dilakukan oleh Venezuela kepada China.
Chavez
juga berupaya membangun hubungan diplomatik yang bagus baik dengan
negara-negara sosialis maupun dengan negara-negara neo-liberal di Amerika Latin
seperti Vicente Fox di Mexico, Ricardo Lagos di Chile dan Alejandro Toledo di
Peru. Tindakan ini dilakukan dalam rangka menjaga kelangsungan power nya di
Amerika Latin dan dukungan yang berasal dari berbagai negara di kawasan
tersebut.
Chavez
mencanangkan program-program yang pro rakyat, di mana program-program yang
direncanakan ditujukan untuk perbaikan kehidupan kelompok yang selama ini
termarjinalkan yaitu kaum miskin.
2.
Venezuela sebagai Pelopor Kebangkitan Sosialisme di
Amerika Latin
a.
Pembangunan Stasiun Penyiaran Televisi Amerika
Latin, Telesur, sebagai corong penyebaran sosialisme dan integrasi Amerika
Latin
Chavez
secara gigih mendorong terbentuknya komunitas Amerika Latin dan mengusung
perlawanan terhadap neoliberalisme. Karena neoliberalisme tersebut telah
menyebabkan banyak kerugian dan penderitaan terhadap Negara-negara dunia
ketiga. Dalam rangka menyebarkan sosialisme dan melawan hegemoni neoliberalisme,
Chavez berperan aktif dalam proyek pembangunan stasiun penyiaran TV Amerika
Latin yang bernama Telesur yang berpusat di Caracas yang telah diluncurkan pada
24 Juli 2005. Stasiun TV ini didukung oleh berbagai negara Amerika Latin.
Nantinya, stasiun TV ini juga akan menjadi media penting dalam menyebarkan
gagasan integrasi Amerika Latin.
b.
Hugo Chavez Sebagai Role Model Pemimpin Kiri di
Amerika Latin
Chavez
memberikan banyak inspirasi bagi gerakan sosialis di Amerika Latin. Chavez
adalah salah satu pemimpin yang berani melawan dan menentang hegemoni Amerika
Serikat yang telah menyengsarakan rakyat negara-negara dunia ketiga. Chavez
menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung kepentingan rakyat. Beberapa
program yang dilaksanakan antara lain bantuan pangan yang disubsidi, pendidikan
universitas yang gratis dan tunjangan ibu tunggal. Chavez juga melakukan
revolusi konstitusi yang sesuai dengan kepentingan rakyat. Di mana dalam
konstitusi yang baru dijamin hak-hak sosial, politik, ekonomi dan budaya rakyat
Venezuela.[26]
3.
Peran Venezuela dalam Naiknya Pemimpin-pemimpin Kiri
di Amerika Latin
Fenomena naiknya
pemimpin-pemimpin kiri di kawasan Amerika Latin dimulai dengan terpilihnya Hugo
Chávez sebagai presiden melalui pemilihan umum tahun 1998. Naiknya Chávez diikuti
dengan naiknya Ricardo Lagos pada tahun 1999 di Chile, LuÃs Inácio Lula da
Silva pada tahun 2002 di Brazil, Néstor Kirchner pada tahun 2003 di Argentina,
Tabaré Vásquez pada tahun 2004 di Uruguay, Evo Morales pada tahun 2005 di
Bolivia, Michelle Bachelet di Chile; Rafael Correa di Ekuador; Manuel Zelaya di
Honduras; dan Daniel Ortega di Nicaragua pada tahun 2006, Cristina Kirchner
pada tahun 2007 di Argentina, Fernando Lugo pada tahun 2008 di Paraguay, José
Mujica di Uruguay dan Mauricio Funes di El Salvador pada tahun 2009, Dilma
Rousseff di Brazil pada tahun 2010, hingga Ollanta Humala di Peru pada tahun
2011. Fenomena naiknya pemimpin-pemimpin kiri di kawasan Amerika Latin tersebut
kerap diistilahkan sebagai pink tide
alih-alih red tide dimana warna merah
kerap diasosiasikan dengan haluan politik kiri yang bersifat lebih radikal. Hal
ini disebabkan karena penerapan sosialisme di negara-negara tersebut cenderung
moderat. Haluan kiri yang kini populer di kawasan Amerika Latin berbeda dengan
haluan kiri yang dipraktekkan pada masa Perang Dingin. Dalam jalannya
kepemimpinan berhaluan kiri di negara-negara tersebut, terdapat dukungan atas
prosedur demokratis dimana dibuka kesempatan untuk melakukan kampanye pemilihan
umum dalam kerangka kerja pemilihan umum yang dilindungi hukum. Selain itu,
selain Venezuela, negara-negara dengan presiden berhaluan kiri tersebut tidak
secara eksplisit menyatakan bahwa negaranya kini berjalan di atas jalur
sosialisme[27].
Haluan kiri yang tengah populer di kawasan Amerika Latin tersebut juga
cenderung lebih menekankan bahwa presiden-presiden yang kini terpilih di
negara-negara tersebut berasal dari partai sayap-kiri, alih-alih berasal dari
suatu gerakan sosial tertentu yang bersifat anti-pemerintah dan kerap
mengorganisir protes baik yang bersifat damai maupun dengan kekerasan.
Melalui
informasi intelijen Amerika Serikat, muncul sinyalir bahwa bangkitnya
perekonomian Venezuela melalui suksesnya program-program sosial yang dijalankan
dan keuntungan dari PDVSA dan perusahaan-perusahaan yang kini telah menjadi
milik negara di Venezuela dimanfaatkan Chavez untuk mendukung politisi-politisi
berhaluan kiri di berbagai negara di Amerika Latin untuk meraih kursi
kepresidenan. Pada masa kampanye Evo Morales di Bolivia pada tahun 2005, muncul
klaim dari Amerika Serikat dan Jorge Quiroga (kandidat presiden Bolivia dari
partai berhaluan kanan) bahwa Chavez melakukan interferensi terhadap masalah
domestik Bolivia melalui pendanaan kampanye Morales[28]. Klaim tersebut tidak
ditanggapi lebih jauh baik dari pihak Chavez maupun Morales.
Tuduhan-tuduhan
senada semakin intens sejak tahun 2007, tahun dimana kantor IMF di Venezuela
resmi ditutup dan Chavez berhasil melakukan nasionalisasi serta pembelian
kembali beberapa perusahaan yang beroperasi di Venezuela. Pada tahun 2007,
beberapa saat setelah naiknya Cristina Kirchner menjadi presiden di Argentina,
ditemukan sebuah koper berisi uang sebesar US$800ribu di Miami. Koper tersebut
dicurigai merupakan milik seorang pebisnis Venezuela, Guido Antonini, yang
hendak berangkat ke Argentina[29]. Uang yang disita
pemerintah Amerika Serikat tersebut dicurigai akan digunakan sebagai dana
kampanye kepresidenan Kirchner, terutama dengan hendak berangkatnya Antonini
menuju Argentina dengan menggunakan pesawat pribadi menuju perusahaan minyak
negeri Argentina. Meskipun Kirchner menolak klaim dalam laporan tersebut, FBI
mengklaim bahwa hasil interogerasi terhadap Antonini menunjukkan bahwa uang
tersebut memang dimaksudkan untuk mendanai kampanye Kirchner. Lebih jauh lagi, Antonini
diinstruksikan untuk merahasiakan kegunaan uang tersebut dan peran Venezuela di
balik pendanaan tersebut. Selain itu, disinyalir pula bahwa Antonini telah
menerima uang sebesar US$2juta guna merahasiakan pendanaan kampanye tersebut[30].
Sementara itu,
pada tahun 2007 dimana Fernando Lugo menyalonkan diri dalam pemilihan presiden
di Paraguay, muncul pernyataan dari Menteri Luar Negeri Ruben Ramirez Lezcano
yang membenarkan bahwa Venezuela menyalurkan dana dalam kampanye Lugo[31]. Meskipun dalam kampanye
Lugo hanya terdapat sedikit bukti bahwa Venezuela telah melakukan pendanaan
signifikan, terdapat bukti bahwa Kedutaan Besar Venezuela telah menawarkan
bantuan kepada Lugo atas perintah Chavez[32]. Pada tahun 2008, Lugo
berhasil memenangkan pemilihan presiden tersebut.
Pada tahun 2009,
terdapat pula laporan bahwa Venezuela melakukan pendanaan dalam kampanye
kepresidenan Mujica di Uruguay. Pendanaan ini dilakukan melalui penjualan buku
di Venezuela oleh keluarga istri Mujica. Penjualan buku tersebut menghasilkan
keuntungan sebesar US$32juta. Kecurigaan muncul karena nilai buku yang
seharusnya dijual sebenarnya hanya US$500ribu[33]. Hal tersebut menimbulkan
kecurigaan bahwa perusahaan buku tersebut menjadi jalur bagi Venezuela untuk
melakukan pendanaan kampanye Mujica.
Pada tahun yang
sama, muncul laporan dari badan intelijen Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
terdapat sinyalir adanya pendanaan kampanye Mauricio Funes dari Farabundo Marti
National Liberation Front (FMLN) di El Salvador oleh Venezuela[34]. Klaim tersebut dibantah
oleh Carlos Luiz, salah satu walikota di El Salvador. Luiz menyatakan bahwa
pendanaan memang dilakukan Venezuela, namun bukan untuk menjalankan kampanye
kepresidenan Funes melainkan untuk mendanai proyek penyimpanan yang merupakan
bagian dari kerjasama ekonomi antara kedua negara tersebut. Lebih jauh lagi,
Luiz menjelaskan bahwa pendanaan proyek tersebut berasal dari proyek
Petrocaribe yang dilakukan kedua negara[35].
Pada tahun 2011,
Daniel Ortega yang telah memenangkan pemilihan presiden di Nikaragua pada tahun
2006 kembali mencalonkan diri sebagai kandidat presiden untuk yang ketiga
kalinya. Kampanye kepresidenan ini juga disinyalir mendapat pendanaan dari
Venezuela. Pendanaan tersebut dilakukan secara terselubung melalui perdagangan
minyak yang pemanfaatannya menghasilkan keuntungan yang kemudian digunakan
lebih jauh lagi guna menjalankan kampanye kepresidenan. Selain itu, pihak
oposisi juga mengklaim bahwa Venezuela memberikan pendanaan yang bernilai 7-8%
GDP Nikaragua untuk menjalankan kampanye kepresidenan Ortega[36].
Di tahun yang sama,
muncul pula laporan bahwa Venezuela telah melakukan pendanaan kampanye Ollanta
Humala di Peru. Pendanaan yang dilakukan Venezuela tersebut adalah sebesar
US$12juta. Pendanaan tersebut dilakukan melalui jaringan kerjasama militer
antara Venezuela, Peru dan Bolivia, dimana uang yang digunakan dikirim melalui
pesawat tempur milik Venezuela. Pesawat tempur tersebut menjadi media
transportasi pendanaan yang melintasi La Paz sebelum mencapai Kedutaan Besar
Venezuela di Lima[37].
4.
Kepentingan Venezuela dalam Naiknya
Pemimpin-Pemimpin Kiri di Amerika Latin
Sejatinya setiap aktor
(negara) berinteraksi dan berhubungan dengan aktor-aktor lain di dalam hubungan
internasional adalah untuk mendapatkan national interest-nya. Di mana dalam
dunia yang anarki ini, para aktor melakukan struggle for power agar dapat
survive dalam sistem internasional ini sebagai national interest yang paling
mendasar dari hubungan internasional seperti yang diuraikan oleh Hans J.
Morgenthau.
Venezuela juga berupaya
melakukan struggle for power agar survive dalam sistem internasional ini
yang telah didominasi oleh neoliberalisme Amerika Serikat. Chavez berupaya
mengejar power ini dengan memainkan perannya membangkitkan sosialisme di
Amerika Latin sekarang ini. Melalui peran yang Ia mainkan tersebut, Chavez
dapat menyebarkan pengaruhnya di negara-negara kawasan Amerika Latin. Dengan
demikian Venezuela akan mendapatkan power yang lebih besar dan semakin kuat
sehingga bisa menangkal dan melawan jeratan neoliberalisme Amerika Serikat yang
menyengsarakan dan memberikan penderitaan terhadap rakyanya.
5.
Meningkatnya Power Venezuela Paska Naiknya
Pemimpin-Pemimpin Kiri di Amerika Latin
a.
Pembentukan CELAC
Pada
tanggal 2 Desember 2011, 33 Pemimpin negara Amerika Latin dan Karibia berkumpul
di Caracas, Ibukota Venezuela. Para pemimpin negara tersebut menghadiri
pertemuan Komunitas Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC). CELAC merupakan
sebuah langkah menuju otonomi penuh dan terbebas dari pengaruh Amerika Serikat.
Dalam pertemuan CELAC ini ditandatangani 22 dokumen yang disebut “Deklarasi
Karakas” yang berisi rencana aksi yang akan ditetapkan bagi CELAC dengan
program kerja dan prosedur yang relevan.
CELAC
ini diharapkan bisa menjadi alternative bagi Organisasi Negara-negara Amerika
(OAS). CELAC menerapkan sebuah sistem yang berbeda dengan OAS, masalah-masalah
negara-negara Amerika Latin akan dibahas di Amerika Latin dan bukan di
Washington. CELAC pun merupakan sebuah institusi yang tidak menjauhkan visi,
tradisi, nilai dan kebutuhan negara-negara Amerika Latin, ungkap Rafael Correa.
CELAC
akan mengakhiri hegemoni Amerika Serikat terhadap negara-negara Amerika Latin.
Melalui CELAC, negara-negara Amerika Latin akan membangun visi dan nasibnya
sendiri, sehingga konflik, agenda, dan persoalan yang terjadi akan diputuskan
oleh mereka sendiri tidak dengan campur tangan Amerika Serikat. Negara-negara
Amerika Latin juga akan meninggalkan Doktrin Monroe yang merupakan kebijakan
kolonialis Amerika yang dikenalkan pada tahun 1923 oleh James Monroe, Presiden
Amerika Serikat pada saat itu.
Pembentukan
CELAC ini merupakan agenda yang penting bagi Chavez. Di mana dalam komunitas
ini, Ia berupaya untuk mengkonsolidasikan berbagai perubahan di Amerika Latin,
termasuk juga agenda revolusi Bolivarian. Dengan terbentuknya CELAC ini pun,
semakin dekat dengan impiannya melakukan integrasi negara-negara Amerika Latin.
Dalam
sambutan pembukaan yang disampaikan oleh Chavez, Ia mengutarakan bahwa ini
adalah kesempatan bagi Amerika Latin dan Karibia untuk membangun ruang
geopolitik seperti yang dicita-citakan oleh Simon Bolivar. Bagi Chavez, CELAC
juga dianggap sebagai peluang untuk membangun kebesaran tanah air, persatuan
dan kemerdekaan di Amerika Latin.[38] Chavez pun mengutarakan
bahwa sekarang ini negara-negara Amerika Latin dan Karibia harus mengambil
peran sebagai pusat kekuatan dunia dan mendapatkan penghormatan bagi kita
semua.[39]
b. ALBA, (Alianza
Bolivariana Para los Pueblos de Nuestra America)
Venezuela
menggagas didirikannya ALBA pada tahun 2004, setelah gelombang naiknya
pemimpin-pemimpin berhaluan kiri di kawasan Amerika Latin mulai berlangsung.
Pada tahun 2004 itu pula, ALBA masih beranggotakan Venezuela dan Kuba yang
telah lama memiliki presiden berhaluan kiri jauh sebelum Chávez menduduki kursi
kepresidenan. Negara-negara Amerika Latin lainnya baru bergabung dengan ALBA
setelah pemimpin-pemimpin berhaluan kiri terpilih sebagai presiden di
negara-negara tersebut. Negara-negara yang telah bergabung tersebut antara lain
adalah Bolivia pada tahun 2006, Nikaragua pada tahun 2007, dan Ekuador pada
tahun 2009. Hingga kini, ALBA memiliki delapan negara anggota yaitu Antigua dan
Barbuda, Bolivia, Kuba, Dominika, Ekuador, Nikaragua, Saint Vincent and the
Grenadines, dan Venezuela. Dari kronologi naiknya pemimpin-pemimpin berhaluan
kiri dan didirikannya ALBA, dapat dilihat bahwa ALBA baru didirikan setelah
pemimpin-pemimpin berhaluan kiri tersebut mulai terpilih sebagai presiden di
negaranya masing-masing.
c.
KTT Amerika Selatan, Union of South American Nations
– UNASUR
Para
pemimpin Amerika Latin dan Karibia melakukan Konferensi Tingkat Tinggi Amerika
Selatan tanpa mengundang Amerika Serikat. KTT pertama dilakukan pada tahun 2000
di Brazil, kemudian Ekuador (2002), dan Peru (2004). Selanjutnya dibentuk
Liga/Uni Negara-negara Amerika Selatan (Union of South American Nations), pada
tahun 2006. KTT Liga Negara-negara Amerika Selatan yang kedua diselenggarakan
di Bolivia untuk meletakkan dasar dan tujuan dari Union of South American
Nations. Pada tahun 2007, pertemuan diadakan kembali di Venezuela yang dihadiri
oleh negara-negara penghasil energi di Amerika Latin. Hingga akhirnya pakta
persetujuan UNASUR ditandatangani di Brazil pada tahun 2008.
d.
Aliansi Strategis dengan China
Kebutuhan
China akan bahan mentah menjadi salah satu faktor pendorong terjalinnya
hubungan yang lebih erat antara China dan negara-negara Amerika Latin. Kini,
China mulai membentuk aliansi strategis dengan beberapa negara di kawasan
Amerika Latin khususnya Venezuela.
China
telah menjadi salah satu partner dagang terbesar baik bagi negara-negara
anggota MERCOSUR (Southern Common Market) dan juga bagi negara-negara kawasan
Amerika Selatan lainnya.
Di
akhir tahun 2009, hubungan perdagangan dan ekonomi antara China dan Venezuela semakin
solid. Kedua negara menandatangani kerjasama di bidang pertanian, energi dan
bidang-bidang industri.
Menteri
Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro menyatakan bahwa aliansi strategis
Venezuela dengan China didasarkan atas nilai-nilai saling menghormati,
kesetaraan dan pembangunan bersama sebagai kedua negara yang bercita-cita
mewujudkan dunia yang bersifat multipolar[40]. Pada saat peresmian
Komisi Tingkat-Tinggi Bersama China-Venezuela ke-10, Maduro menyatakan bahwa
selama 12 tahun terakhir hubungan antara kedua negara telah memungkinkan
tercapainya kemajuan signifikan bagi negara. Karenanya, ia menegaskan kembali
bahwa Caracas akan terus teguh berjalan dalam aliansi strategis ini. Ia
menegaskan bahwa pendalaman hubungan dengan negara-negara berkembang seperti
China mengikuti kebijakan luar negeri Venezuela yang bertujuan merestorasi
kemerdekaan dan kedaulatan sebagai hasil dari Revolusi Bolivarian yang dipimpin
Presiden Hugo Chavez. Saat ini, Venezuela adalah sebuah negara merdeka yang
dapat berkoordinasi dengan dunia dan negara-negara berkembang seperti China
dalam rangka mencapai pembangunan secara penuh[41].
Penguatan
aliansi strategis antara Venezuela dengan China ini dilatarbelakangi bangkitnya
berekonomian China beberapa tahun dewasa ini. Karenanya, negara-negara di
Amerika Latin terutama Venezuela merasa perlu memperkuat hubungan dengan China
sebagai sebuah kawasan yang juga mulai bangkit
kekuatannya. Bangkitnya kekuatan kawasan Amerika Latin ditandai dengan
adanya penguatan mekanisme integrasi seperti yang berlangsung dalam ALBA,
UNASUR, CELAC dan Petrocaribe. Venezuela tepatnya Caracas direncanakan akan
menjadi pusat konstruksi zona pembangunan besar yang telah diimpikan Simon
Bolivar sebagai inspirator Venezuela dalam melakukan Revolusi Bolivarian. Tujuan
pembangunan Amerika Latin sebagai kawasan yang mulai bangkit adalah sebagai
suatu blok kekuatan dalam membangun dunia baru yang bersifat multipolar tanpa
adanya hegemoni tertentu[42].
Penguatan aliansi
strategis antara China dan Venezuela mencakup peningkatan suplai minyak menuju
China hingga 600ribu barrel per hari. Hingga kini, Venezuela adalah sumber
suplai minyak terbesar keempat bagi China. Sebaliknya, China juga akan
meningkatkan investasinya dalam sektor pertanian, infrastruktur, pertambangan,
dan produksi energi di Venezuela. Salah satu perusahaan China yang melakukan
kerjasama investasi dengan perusahaan Venezuela adalah Sinohydro Corporation
yang bekerjasama dengan perusahaan listrik nasional Venezuela CORPOELEC. Kedua
perusahaan ini bekerjasama dalam memproduksi listrik tenaga air. Bank
Pembangunan China juga mengeluarkan kredit sebesar $1milyar sebagai investasi
bagi perusahaan tambang nasional Venezuela. Selain itu, perusahaan nasional
maupun swasta di China juga telah berinvestasi dalam pembangunan rel kereta dan
produksi ikan serta udang di Venezuela. Kerjasama lainnya yang telah berjalan
antara kedua negara adalah kerjasama dalam pembuatan satelit telekomunikasi dan
pembukaan kesempatan bagi mahasiswa Venezuela untuk belajar mengenai teknik
penerbangan di universitas-universitas di China[43].
e.
Mendirikan Bank di Wilayah Selatan (Banco del Sur)
Bank
Selatan (Bank of the South, Banco del Sur) diresmikan pada tahun 2007 oleh enam
presiden negara-negara Amerika Latin yaitu Nestor Kirchner dari Argentina, Luiz
Inacio Lula da Silva dari Brazil, Nicanor Duarte dari Paraguay, Rafael Correa
dari Ecuador, Evo Morales dari Bolivia dan Hugo Chavez dari Venezuela. Bank
Selatan ini direncanakan menjadi sebuah jawaban atas dominasi Bank Dunia dan
IMF sebagai sumber dana pembangunan dunia. Rencana pendirian bank regional ini
telah muncul sejak tahun 2006 yang berawal dari gagasan oleh Chavez dan
Kirchner. Rencana pendirian bank tersebut dilatarbelakangi oleh kekhawatiran
kedua presiden tersebut atas situasi kawasan Amerika Latin yang dianggap tengah
dilanda pengaruh negatif IMF dan Bank Dunia[44].
Secara
eksplisit, Chavez menyatakan bahwa pendirian bank ini adalah sebuah bagian dari
"perang" yang lebih luas lagi dengan negara-negara maju di bagian
utara. Bank ini adalah sebuah kenyataan politis dan bagian dari perang ekonomi
yang juga merambah di bidang sosial dan ideologis. Chavez menyatakan
keprihatinannya atas situasi pada masa kini dimana sebenarnya negara-negara di
Amerika Latin memiliki banyak uang namun sebagian besar uang tersebut disimpan
di bank-bank utara terutama Amerika Serikat, dalam bentuk mata uang lain yang
bukan mata uang resmi salah satu negara di Amerika Latin. Chavez sebelumnya
telah menuding IMF sebagai sebuah kutukan bagi kawasan Amerika Latin karena
rencana-rencana pembangunan yang ditawarkan IMF justru mengguncang perpolitikan
domestik negara-negara di Amerika Latin. Selain itu, rencana-rencana
pembangunan yang ditawarkan IMF juga justru menimbulkan masalah kelaparan,
penderitaan, kemiskinan dan kekerasan di kalangan rakyat Amerika Latin[45].
Presiden
Brazil Luiz Inacio Lula da Silva menyatakan bahwa Bank Selatan akan menangani
keuangan dalam proyek-proyek terkait berbagai sektor ekonomi kunci seperti
infrastruktur, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan membawa keseimbangan yang
lebih baik bagi kawasan Amerika Latin. Juru bicara pemerintah Brazil Marcelo
Baumbach menambahkan bahwa bank baru ini akan memainkan peran signifikan dalam
integrasi regional dan dalam upaya mengkonsolidasi penyatuan negara-negara
Amerika Selatan dalam bentuk semacam Uni Amerika Selatan. Pernyataan serupa
dinyatakan oleh presiden Ekuador Rafael Correa[46].
Sementara
itu, presiden Bolivia Evo Morales menyatakan bahwa Bank Selatan akan membantu
kawasan Amerika Latin untuk mulai mempersiapkan diri dalam pengembangan mata
uangnya sendiri dan membendung tekanan institusi-institusi peminjaman hutang
internasional yang kerap menuntut privatisasi perusahaan-perusahaan nasional
sebagai bentuk pembayaran hutang. Melalui pendirian bank ini, diharapkan akan
terbentuk suatu kesetaraan antara negara-negara di Amerika Latin[47].
Bank
Selatan mulai beroperasi tahun 2008 dengan modal awal sebesar US$7milyar. Argentina,
Brazil dan Venezuela masing-masing menyuplai modal sebesar US$2milyar[48]. Bank ini memiliki basis
di Caracas. Selain itu, bank ini juga akan memiliki kantor cabang regional di
Buenos Aires dan La Paz.
f.
Pertemuan ASA, Africa South America
Konferensi
Tingkat Tinggi Afrika-Amerika Selatan (Africa-South America – ASA Summit) yang
diadakan di pulau Margarita, Venezuela, pada tahun 2009, adalah KTT kedua yang
diadakan ASA setelah KTT yang diadakan di Nigeria pada tahun 2006. KTT
Afrika-Amerika Selatan ke-2 ini membahas berbagai isu terutama mengenai
kerjasama energi. KTT ini dibuka oleh Chavez dan dihadiri oleh 60 negara dari
kawasan Afrika dan Amerika Latin[49]. Tema dari KTT ini adalah
“menutup jarak, membuka kesempatan”[50]. KTT ini menghasilkan
rencana pembangunan infrastruktur energi dan proyek bersama dalam kerjasama
pengelolaan sumber minyak. Dalam pertemuan ini juga dicanangkan rencana
strategis 2010-2012 sebagai kerangka kerjasama antara dua wilayah tersebut.
Dalam
KTT ini, diresmikan peluncuran Radio Selatan yang merupakan sebuah jaringan
stasiun radio yang dikelola oleh Radio Nasional Venezuela (RNV). Radio Selatan
memiliki pernyataan misi yang bertujuan menyebarkan nilai-nilai perjuangan
revolusioner rakyat Selatan dan mempromosikan persatuan rakyat Selatan melalui
pertukaran informasi dan kolaborasi lintas-bangsa. Jaringan radio ini akan
mencakup 40% wilayah Venezuela, dan berintegrasi dengan 18 stasiun radio di
Argentina, 10 di Kolombia, 4 di Bolivia, 4 di Honduras dan Uruguay, 3 di
Panama, Nikaragua, Paraguay, Brazil, Meksiko dan Amerika Serikat, 2 di Kuba,
Ekuador, Peru dan Haiti, serta 1 di Guatemala, Republik Dominika, Chili, El
Salvador dan Equatorial Guinea. Selain Radio Selatan, dalam KTT Afrika-Amerika
Selatan ke-2 juga ditandatangani dokumen pembentukan Bank Selatan yang telah
dibahas sebelumnya[51].
Dalam
KTT ini juga ditandatangani nota kesepahaman untuk pembentukan kerjasama
pertambangan antara Venezuela dengan Sierra Leone, Mali, Namibia, Niger, dan
Mauritania. Selain itu, ditandatangani pula kesepakatan kerjasama dengan FAO
guna membantu upaya memerangi kelaparan di Afrika melalui penyediaan benih,
pupuk, dan teknologi pertanian lainnya. Chavez menyatakan bahwa ASA adalah
sebuah mekanisme vital dalam persatuan antara Amerika Latin dengan Afrika.
Terwujudnya KTT ASA merupakan bukti bahwa Amerika Latin dan Afrika adalah suatu
kekuatan yang besar serta persatuan dua kekuatan besar ini akan berkontribusi
dalam upaya menciptakan dunia yang seimbang[52].
Guna
mencapai keseimbangan yang lebih baik negara-negara partisipan KTT ASA juga
menyerukan reformasi Dewan Keamanan PBB. Dalam dokumen yang diterbitkan pada
masa KTT tersebut, negara-negara anggota KTT menyatakan kebutuhan atas
partisipasi yang lebih besar lagi bagi negara-negara berkembang di Amerika
Latin dan Afrika guna mengoreksi ketidakseimbangan yang berlangsung dalam
mekanisme dalam badan PBB dan mewujudkan dewan yang lebih demokratis,
transparan, representatif, efektif dan terlegitimasi. Selain itu, reformasi
Dewan Keamanan PBB juga dibutuhkan untuk menjawab realita politik internasional
masa kini[53].
Dalam
kesempatan tersebut, Chavez menawarkan bantuan untuk mengorganisir sekretariat
ASA. Tawaran Chavez ini diterima oleh partisipan-partisipan KTT lainnya.
Sekretariat bertugas memastikan implementasi rencana-rencana dan proyek-proyek
yang disepakati dalam KTT[54].
g.
Melawan Hegemoni Neoliberalisme Amerika Serikat
Dalam
forum OPEC, Chavez mengusulkan agar negara-negara anggota OPEC semakin
memperkuat posisi tawarnya di hadapan negara-negara industri maju. Chavez pun
mengusulkan untuk mengganti dollar menjadi euro sebagai mata uang yang
digunakan dalam perdagangan minyak, karena menurunnya nilai tukar dollar. Hal
ini tentu bertujuan untuk melawan hegemoni Amerika Serikat dan melemahkan kurs
dollar Amerika Serikat.
Chavez
dengan lantang melakukan kritik terhadap neoliberalisme yang disuarakan oleh
Amerika Serikat. Hal ini jelas terlihat dengan tindakan Chavez yang lebih
mendukung MERCOSUR daripada FTAA (Free Trade Area of The America. Chaves juga
menolak liberalisasi, deregulasi dan privatisasi atas pelayanan publik dalam
menentang neoliberalisme dan hegemoni Amerika Serikat. Chavez pun lebih memilih
memberdayakan koperasi sebagai sokoguru perekonomian rakyat Venezuela.
Perlawanan
terhadap neoliberalisme pun tampak pada upaya negara-negara Amerika Latin dan
Karibia membentuk sendiri visi, misi dan platform kawasan Amerika Latin melalui
CELAC, yang berarti menginggalkan Doktrin Monroe yang selama ini telah
diterapkan di kawasan tersebut.
Pembentukan
ALBA, UNASUR, Banco del Sur dan pertemuan ASA sebagai upaya menyusun dan
meningkatkan kekuatan juga ditujukan untuk melawan dan menentang hegemoni
Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sejatinya setiap aktor
(negara) berinteraksi dan berhubungan dengan aktor-aktor lain di dalam hubungan
internasional guna meraih kepentingan nasionalnya. Di mana dalam dunia yang
bersifat anarki, para aktor melakukan struggle for power agar dapat survive
dalam sistem internasional. Struggle for power tersebut adalah kepentingan
nasional yang paling mendasar dari hubungan internasional seperti yang
dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau.
Venezuela juga berupaya
melakukan struggle for power agar survive dalam sistem internasional yang saat
ini didominasi oleh neoliberalisme Amerika Serikat. Chavez berupaya meraih
peningkatan power melalui usaha memainkan perannya dalam membangkitkan
sosialisme di Amerika Latin sekarang ini. Melalui peran yang dimainkan
tersebut, Chavez dapat menyebarkan pengaruhnya di negara-negara kawasan Amerika
Latin. Dengan demikian Venezuela akan mendapatkan power yang lebih besar dan
semakin kuat sehingga bisa menangkal dan melawan jeratan neoliberalisme Amerika
Serikat yang menyengsarakan dan memberikan penderitaan terhadap rakyatnya.
Kepentingan Venezuela
untuk mendapatkan power pun terbukti dengan pembentukan CELAC, ALBA, Banco del
Sur, UNASUR, dan penyelenggaraan KTT ASA di kawasan Amerika Latin. Di mana
organisasi-organisasi tersebut semakin memperkuat posisi Venezuela baik di
kawasan Amerika Latin maupun di dunia. Meningkatnya power yang dimiliki
Venezuela serta mulai terkonsolidasinya negara-negara Amerika Latin dan Karibia
menjadi satu kekuatan bersama, dimanfaatkan sebagai senjata melawan hegemoni
Amerika Serikat.
2.
Saran
Kegigihan Venezuela
dalam menjalankan Revolusi Bolivarian serta capaian-capaian yang diraihnya baik
secara domestik, regional maupun global dapat menjadi contoh bagi Indonesia
untuk berani mengambil langkahnya sendiri sebagai sebuah negara berdaulat.
Peran aktif Venezuela dalam upaya mempersatukan kekuatan di Amerika Latin dapat
pula menjadi contoh bagi Indonesia yang sebelumnya memiliki reputasi serupa
sebagai salah satu inisiator Gerakan Non-Blok dan penyelenggara Konferensi
Asia-Afrika. Sebagaimana Venezuela yang dengan tegas menjalankan Revolusi
Bolivarian dan menolak lestarinya praktek neoliberalisme di negaranya dan
kawasan tempat wilayah kedaulatannya berada, Indonesia dapat kembali meraih
reputasinya di masa lalu. Di masa lalu, Indonesia memiliki reputasi sebagai
negara yang dengan tegas menentang apa yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
yang telah digariskan dalam Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945, misalnya
ketika Amerika Serikat berusaha menanamkan pengaruhnya melalui pembentukan
pakta pertahanan di Asia Tenggara pada masa Perang Dingin. Selain itu, di masa
lalu Indonesia juga memiliki reputasi sebagai salah satu inisiator Gerakan
Non-Blok yang memilih untuk tidak berpihak pada blok manapun selama Perang
Dingin. Untuk meraih reputasi ini, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang
tegas dalam menangani masalah mulai dari ranah domestik. Selain itu,
perencanaan yang matang dalam jalannya pemerintahan seperti perencanaan
program-program bagi masyarakat juga diperlukan dalam menjalankan sebuah negara
yang berdaulat dan berorientasi pada kepentingan rakyatnya. Indonesia dapat menjadikan
Venezuela sebagai inspirasi dengan adanya program-program sosial yang berhasil
dijalankan Venezuela sejauh ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al Jazeera: Venezuela to Nationalize US-Owned Oil Rigs. 24 Juni 2010.
http://www.commondreams.org/headline/2010/06/24-1. Diakses pada 24 Juni 2012,
Pukul 23.00 WIB.
BBC News, 12 Juni 2012. Timeline: Venezuela.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/1229348.stm. Diakses pada 24 Juni 2012,
Pukul 23.10 WIB.
Blanco, L dan R. Grier. 2011. Explaining the Rise of the Left in Latin America.
Pepperdine University, School of Public Policy Working Papers: Paper 24.
Bisnis.com. 2011. 33 Negara Amerika Latin & Karibia Bentuk CELAC. 4 Desember 2011.
http://www.bisnis.com/articles/33-negara-amerika-latin-and-karibia-bentuk-celac.
Diakses pada 7 Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
Cameron, Maxwell A. 2007. Latin America’s Left Turns: Parties,
Populism and Social Movements in The Post-Neoliberal Era. Dipresentasikan
dalam konferensi Latin America’s a Turns?
Political Parties Insurgent Movements, and Alternative Policies, Univ. Of
British Columbia, Vancover 25-27 May 2007.
channelnewsasia.com. 2009. Africa-South America Summit in Venezuela
Cements South-South Collaboration. www.channelnewsasia.com/stories/afp_world/view/1007529/1/.html
akses tanggal 13 Juni 2012.
CIA World Factbook. 2011.
http://www.indexmundi.com/g/g.aspx?c=ve&v=66 akses tanggal 26 Juni 2012.
Deudney, Daniel H. Sphere of Influence.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/287778/sphere-of-influence. Diakses
pada 5 Juni 2012, Pukul 21.00 WIB.
Economist.com, 5 November 2011. The Survivor.
http://www.economist.com/node/21536629 akses tanggal 26 Juni 2012.
El Universal. 2007. Chavez labels as infamous the claims of funding Kirchner presidential
campaign. http://www.eluniversal.com/2007/12/17/en_pol_art_chavez-labels-as-inf_17A1265255.shtml
akses tanggal 26 Juni 2012.
Embassy Asuncion. 2007. Paraguay: Venezuela Foreign Aid Activities.
http://leaks.hohesc.us/?view=07ASUNCION511 akses tanggal 26 Juni 2012.
Fernandes, Sujatha. 2008. Social Policy in Chavez’s Venezuela: A
Radical Alternative of More of the Same? ReVista: Harvard Review of Latin
America. http://www.drclas.harvard.edu/revista/articles/view/1101 akses tanggal
26 Juni 2012.
Fitzpatrick, M.J. 2007. Paraguay: Lugo Still in Clergy; Joins
Opposition Pact. http://leaks.hohesc.us/?view=07ASUNCION208 akses tanggal
26 Juni 2012.
Fleishman, Luis. 2009. Will Uruguay Join the Chavez Axis? Spero
News, 23 November 2009.
http://www.speroforum.com/a/23066/Will-Uruguay-join-the-Chavez-axis akses tanggal
26 Juni 2012.
Fuentes, Federico. 2006. Bolivia: Bush’s New Nightmare? Green
Left Weekly, 25 Januari 2006.
http://www.countercurrents.org/bolivia-fuentes250106.htm akses tanggal 26 Juni
2012.
Freedman, Elaine. 2011. The Lights of ALBA on El Salvador’s Horizon.
http://www.envio.org.ni/articulo/4344 akses tanggal 26 Juni 2012.
Griffith, M, T. O'Callaghan dan S.C.
Roach. 2002. International Relations: The
Key Concepts. New York: Routledge, Taylor & Francis Group.
Gobierno Bolivariano de Venezuela. 2011.
Maduro: China - Venezuela strategic
alliance based on respect, equality, development.
http://www.embavenez.by/en/news/401-maduro-alianza-estrategica-con-china-se-basa-en-respeto-igualdad-y-desarrollo
akses tanggal 13 Juni 2012.
Inter-American Security Watch, 3 Juni
2011. Roger Noriega Reveals Secret Chavez
Funding Ahead of Peru Election.
http://interamericansecuritywatch.com/roger-noriega-reveals-secret-chavez-funding-ahead-of-peru-election/
akses tanggal 26 Juni 2012.
Kilborn, Peter T. New York Times: U.S. Planning Role in $2 Billion Loan to Aid Vebezuela.
4 Maret 1989.
http://www.nytimes.com/1989/03/04/world/us-planning-role-in-2-billion-loan-to-aid-venezuela.html?pagewanted=all&src=pm.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 22.15 WIB.
Mayela Armas H. El Universal: Venezuela Assigns 230,000 bpd of Oil to
Repay Debt With China. 10 Mei 2012.
http://www.eluniversal.com/economia/120510/venezuela-assigns-230000-bpd-of-oil-to-repay-debt-with-china.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.45 WIB.
McConnell, J.M. 2008. Annual Threat Assessment of the Director of
National Intelligence. USA: Office of the Director of National
Intelligence.
MercoPress. 2009. Bank of the South takes off with 7 billion USD initial capital.
http://en.mercopress.com/2009/05/09/bank-of-the-south-takes-off-with-7-billion-usd-initial-capital
akses tanggal 13 Juni 2012.
Molinski, Don. The Wall Street Journal: Venezuela Welcomes Chinese Money-For-Oil
Stance. 4 Maret 2010.
http://www.theaustralian.com.au/archive/business-old/venezuela-welcomes-chinese-money-for-oil-stance-imf-sidelined/story-e6frg90x-1225837016503.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.00 WIB.
Morgenthau, Hans. 1951. In Defense of the National Interest, A
Critical Examination of American Foreign Policy. New York: Alfred A. Knopf.
Morgenthau, Hans J. dalam Michael G. Roskin.
National Interest: From Abstraction to Strategy. 20 Mei 1994. http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub356.pdf.
Diakses pada 25 Juni 2012, Pukul 20.00 WIB.
Nye, Joseph. 1990. Bound to Lead: The Changing Nature of American Power. New York:
Basic Books.
Pearson, Tamara. 2009. Africa-South America Summit in Venezuela
Cements South-South Collaboration. http://venezuelanalysis.com/news/4822
akses tanggal 13 Juni 2012.
Revolusi
Bolivarian Hugo Chavez.
http://id.shvoong.com/books/dictionary/2089862-revolusi-bolivarian-hugo-chavez-di/#ixzz1xP3hQSHa.
Diakses pada 5 Juni 2012, Pukul 21.00 WIB.
Satumedia.info. 2012. CELAC: Blok Baru Negara-negara Amerika Latin Menantang Hegemoni AS.
25 Maret 2012.
http://www.satumedia.info/2012/03/celac-blok-baru-negara-negara-amerika.html.
Diakses pada 7 Juni 2012, Pukul 22.00 WIB.
Shixue, Jiang. 2007. On the Rise of the Latin American Left.
China International Studies, Spring 2007.
Soyomukti, Nurani. 2008. Hugo Chavez Vs Amerika Serikat.
Yogyakarta: Garasi.
Suggett, James. 2009. Venezuela and China Consolidate “Strategic
Alliance,” Expand Bilateral Trade. http://venezuelanalysis.com/news/5032
akses tanggal 13 Juni 2012.
Tehran Times. 2007. South America launches rival to the IMF, World Bank.
http://old.tehrantimes.com/index_View.asp?code=158969 akses tanggal 13 Juni
2012.
Time. 2007. Troubles for Argentina’s New Evita.
http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1697490,00.html akses tanggal 26
Juni 2012.
Timeline IMF.
http://www.timelinesdb.com/listevents.php?subjid=223&dayinhist=0&date1=-99999999999&date2=99999999999&words=&title=IMF&fromrec=0.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
Tran, Mark. Guardian: Venezuela Quits IMF and World Bank. 1 Mei 2007.
http://www.guardian.co.uk/business/2007/may/01/venezuela.imf. Diakses pada 24
Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
Wilpert, George. “Venezuela’s New Constitution.” 27 Agustus 2003.
http://venezuelanalysis.com/analysis/70. Diakses pada 13 Juni 2012 pukul 15.00
WIB.
World Affairs. Sphere of Influence: Real International Relations.
http://www.u-s-history.com/pages/h901.html. Diakses pada 5 Juni 2012, Pukul
21.10 WIB.
World Bank, Global Development Finance.
2010. Venezuela - Use of IMF Credit.
http://www.indexmundi.com/facts/venezuela/use-of-imf-credit akses tanggal 26
Juni 2012.
[1]
Blanco, L dan R. Grier. 2011. Explaining
the Rise of the Left in Latin America. Pepperdine University, School of
Public Policy Working Papers: Paper 24.
[2] Hans J. Morgenthau dalam Michael G. Roskin. National
Interest: From Abstraction to Strategy. 20 Mei 1994. http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub356.pdf.
Diakses pada 25 Juni 2012, Pukul 20.00 WIB.
[3]
Giddens, Anthony. 2008. The Third Way.
[4] Soyomukti,
Nurani. “Hugo Chavez Vs Amerika Serikat, Garasi, Jogjakarta, 2008, hlm. 12-13.
[5]
Maxwell A. Cameron. “Latin America’s Left Turns: Parties, Populism and Social
Movements in The Post-Neoliberal Era”, dipresentasikan dalam konferensi Latin
America’s a Turns? Political Parties Insurgent Movements, and Alternative
Policies, Univ. Of British Columbia, Vancover 25-27 May 2007. Hlm. 5-6.
[6] Morgenthau,
Hans. 1951. In Defense of the National Interest, A Critical Examination of
American Foreign Policy. New York: Alfred A. Knopf.
[7] Ibid.
[8]
Griffith, M, T. O'Callaghan dan S.C. Roach. 2002. International Relations: The Key Concepts. New York: Routledge,
Taylor & Francis Group.
[9]
Nye, Joseph. 1990. Bound to Lead: The
Changing Nature of American Power. New York: Basic Books.
[10]Daniel
H. Deudney. Sphere of Influence.” http://www.britannica.com/EBchecked/topic/287778/sphere-of-influence.
Diakses pada 5 Juni 2012, Pukul 21.00 WIB.
[11]World
Affairs. “Sphere of Influence: Real International Relations.”. http://www.u-s-history.com/pages/h901.html.
Diakses pada 5 Juni 2012, Pukul 21.10 WIB.
[12]
Revolusi Bolivarian Hugo Chavez. http://id.shvoong.com/books/dictionary/2089862-revolusi-bolivarian-hugo-chavez-di/#ixzz1xP3hQSHa.
Diakses pada 5 Juni 2012, Pukul 21.00 WIB.
[13]
Peter
T. Kilborn. New York Times: U.S. Planning
Role in $2 Billion Loan to Aid Vebezuela. 4 Maret 1989. http://www.nytimes.com/1989/03/04/world/us-planning-role-in-2-billion-loan-to-aid-venezuela.html?pagewanted=all&src=pm.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 22.15 WIB.
[14]
Timeline IMF. http://www.timelinesdb.com/listevents.php?subjid=223&dayinhist=0&date1=-99999999999&date2=99999999999&words=&title=IMF&fromrec=0.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
[15]
Fernandes, Sujatha. 2008. Social Policy
in Chavez’s Venezuela: A Radical Alternative of More of the Same? ReVista:
Harvard Review of Latin America. http://www.drclas.harvard.edu/revista/articles/view/1101
akses tanggal 26 Juni 2012.
[16]
Ibid.
[17]
CIA World Factbook. 2011. http://www.indexmundi.com/g/g.aspx?c=ve&v=66
akses tanggal 26 Juni 2012.
[18]
World Bank, Global Development Finance. 2010. Venezuela - Use of IMF Credit. http://www.indexmundi.com/facts/venezuela/use-of-imf-credit
akses tanggal 26 Juni 2012.
[19]
Fernandes, Sujatha. 2008. op.cit.
[20]
Mark Tran. Guardian: Venezuela Quits IMF and World Bank. 1
Mei 2007. http://www.guardian.co.uk/business/2007/may/01/venezuela.imf.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
[21] Ibid.
[22]
BBC News: Timeline: Venezuela. 12 Juni 2012. http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/1229348.stm.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.10 WIB.
[23]
Al Jazeera: Venezuela to Nationalize US-Owned Oil Rigs. 24 Juni 2010. http://www.commondreams.org/headline/2010/06/24-1.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.00 WIB.
[24]
Don
Molinski. The Wall Street Journal: Venezuela Welcomes Chinese Money-For-Oil
Stance. 4 Maret 2010. http://www.theaustralian.com.au/archive/business-old/venezuela-welcomes-chinese-money-for-oil-stance-imf-sidelined/story-e6frg90x-1225837016503.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.00 WIB.
[25]
Mayela Armas H. El
Universal: Venezuela Assigns 230,000 bpd of Oil to Repay Debt With China. 10 Mei 2012. http://www.eluniversal.com/economia/120510/venezuela-assigns-230000-bpd-of-oil-to-repay-debt-with-china.
Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 23.45 WIB.
[26]
Konstitusi baru yang dibentuk Chavez dan dewan konstituante lebih lanjut dapat
di baca pada: Gregory Wilpert. “Venezuela’s
New Constitution.” 27 Agustus 2003. http://venezuelanalysis.com/analysis/70.
Diakses pada 13 Juni 2012 pukul 15.00 WIB.
[27] Shixue,
Jiang. 2007. On the Rise of the Latin
American Left. China International Studies, Spring 2007.
[28]
Fuentes, Federico. 2006. Bolivia: Bush’s
New Nightmare? Green Left Weekly, 25 Januari 2006. http://www.countercurrents.org/bolivia-fuentes250106.htm
akses tanggal 26 Juni 2012.
[29]
El Universal. 2007. Chavez labels as
infamous the claims of funding Kirchner presidential campaign. http://www.eluniversal.com/2007/12/17/en_pol_art_chavez-labels-as-inf_17A1265255.shtml
akses tanggal 26 Juni 2012.
[30]
Time. 2007. Troubles for Argentina’s New
Evita. http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1697490,00.html
akses tanggal 26 Juni 2012.
[31]
Fitzpatrick, M.J. 2007. Paraguay: Lugo
Still in Clergy; Joins Opposition Pact. http://leaks.hohesc.us/?view=07ASUNCION208
akses tanggal 26 Juni 2012.
[32]
Embassy Asuncion. 2007. Paraguay:
Venezuela Foreign Aid Activities. http://leaks.hohesc.us/?view=07ASUNCION511
akses tanggal 26 Juni 2012.
[33]
Fleishman, Luis. 2009. Will Uruguay Join
the Chavez Axis? Spero News, 23 November 2009. http://www.speroforum.com/a/23066/Will-Uruguay-join-the-Chavez-axis
akses tanggal 26 Juni 2012.
[34]
McConnell, J.M. 2008. Annual Threat
Assessment of the Director of National Intelligence. USA: Office of the
Director of National Intelligence.
[35]
Freedman, Elaine. 2011. The Lights of
ALBA on El Salvador’s Horizon. http://www.envio.org.ni/articulo/4344
akses tanggal 26 Juni 2012.
[36]
Economist.com, 5 November 2011. The
Survivor. http://www.economist.com/node/21536629
akses tanggal 26 Juni 2012.
[37]
Inter-American Security Watch, 3 Juni 2011. Roger
Noriega Reveals Secret Chavez Funding Ahead of Peru Election. http://interamericansecuritywatch.com/roger-noriega-reveals-secret-chavez-funding-ahead-of-peru-election/
akses tanggal 26 Juni 2012.
[38]
CELAC: Blok Baru Negara-negara Amerika Latin Menantang Hegemoni AS. 25 Maret
2012. http://www.satumedia.info/2012/03/celac-blok-baru-negara-negara-amerika.html.
Diakses pada 7 Juni 2012, Pukul 22.00 WIB.
[39]
33 Negara Amerika Latin & Karibia Bentuk CELAC. 4 Desember 2011. http://www.bisnis.com/articles/33-negara-amerika-latin-and-karibia-bentuk-celac.
Diakses pada 7 Juni 2012, Pukul 22.10 WIB.
[40]
Suggett, James. 2009. Venezuela and China
Consolidate “Strategic Alliance,” Expand Bilateral Trade. http://venezuelanalysis.com/news/5032
akses tanggal 13 Juni 2012.
[41]
Gobierno Bolivariano de Venezuela. 2011. Maduro:
China - Venezuela strategic alliance based on respect, equality, development.
http://www.embavenez.by/en/news/401-maduro-alianza-estrategica-con-china-se-basa-en-respeto-igualdad-y-desarrollo
akses tanggal 13 Juni 2012.
[42] Ibid.
[43]
Suggett, James. 2009. Venezuela and China
Consolidate “Strategic Alliance,” Expand Bilateral Trade. http://venezuelanalysis.com/news/5032
akses tanggal 13 Juni 2012.
[44] Tehran
Times. 2007. South America launches rival
to the IMF, World Bank. http://old.tehrantimes.com/index_View.asp?code=158969
akses tanggal 13 Juni 2012.
[45] Ibid.
[46] Ibid.
[47] Ibid.
[48]
MercoPress. 2009. Bank of the South takes
off with 7 billion USD initial capital. http://en.mercopress.com/2009/05/09/bank-of-the-south-takes-off-with-7-billion-usd-initial-capital
akses tanggal 13 Juni 2012
[49]
channelnewsasia.com. 2009. Africa-South
America Summit in Venezuela Cements South-South Collaboration. www.channelnewsasia.com/stories/afp_world/view/1007529/1/.html
akses tanggal 13 Juni 2012.
[50]
Pearson, Tamara. 2009. Africa-South
America Summit in Venezuela Cements South-South Collaboration. http://venezuelanalysis.com/news/4822
akses tanggal 13 Juni 2012.
[51]
Ibid.
[52] Ibid.
[53] Ibid.
[54] Ibid.
Happy reading and enjoy it :)
No comments
your comment awaiting moderation