Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Permasalahan
Australia merupakan benua yang berada di
kawasan Asia Pasifik. Kawasan ini memiliki nilai strategis dalam konteks
hubungan internasional. Di mana kawasan ini merupakan jalur perdagangan
internasional, perairan Samudera Pasifik juga kerap kali digunakan sebagai
tempat latihan militer, baik oleh militer Australia, maupun oleh militer
Amerika Serikat.[1]
Dengan demikian posisi Australia yang
berada di kawasan Asia Pasifik memiliki arti penting dalam bidang ekonomi,
militer dan politik. Perlu diingat pula bahwa letak Australia ini relatif dekat
dan berhadapan dengan Benua Asia.[2] Sehingga, kawasan
Australia ini menjadi perhatian dan sasaran kerjasama bagi Amerika Serikat.
Sejatinya Amerika Serikat sudah menaruh
perhatian dan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik sejak paska Perang Dunia II,
terbukti dengan kerjasama ekonomi maupun kerjasama pertahanan yang diwujudkan
dalam kerjasama pakta perthanan ANZUS dengan Australia dan New Zealand. Namun,
fokus perhatiannya bergeser ke kawasan Timur Tengah karena kepentingan sumber
energi (minyak) di kawasan tersebut sebagai bahan baku untuk menjalankan roda
perindustrian Amerika Serikat.
Namun, ketika China dan India mulai
muncul sebagai
new emerging powers dan great economic powers di tatanan dunia
global pada umumnya dan di kawasan Asia pada khususnya, Amerika Serikat kembali
mengalihkan fokus perhatiannya pada kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat
berupaya menanamkan kembali pengaruhnya secara lebih kuat baik secara ekonomi
maupun militer di kawasan tersebut.
Amerika
Serikat sangat memperhitungkan kehadiran China dalam tatanan dunia global baik
secara ekonomi maupun militer. Pertumbuhan ekonomi China yang terus beranjak
naik dan devisa negaranya yang semakin menguat mengakibatkan China meningkatkan
anggaran militernya dan semakin memperkuat pertahanan militernya. Hal ini tentu
menarik perhatian Amerika Serikat.
Sebagai
bentuk reaksi dari Amerika Serikat terhadap fenomena yang terjadi tersebut,
maka Amerika Serikat berupaya hadir kembali dan memperkuat pengaruh serta
eksistensinya di kawasan Asia dan Asia Pasifik.[3]
Hingga akhirnya pada November 2011, Presiden Barack Obama secara resmi
melakukan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, wilayah
Australia bagian utara. (VOA Indonesia, 13 Mei 2012)
Presiden
Barack Obama melakukan penggelaran pasukan militernya pada bulan November 2011
di Darwin dengan menempatkan 2.500 marinir dan 25.000 pasukan militernya. Presiden
Barack Obama dengan Perdana Menteri Australia, Julia Gilard, berupaya
memperkuat kehadiran militer Amerika Serikat di Asia Pasifik dengan
mengoperasilan ribuan mariner Amerika Serikat di luar satu pangkalan militer
defakto di Pelabuhan Darwin. (Antara News, 16 November 2011)
Penempatan
pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia tidak dapat hanya dilihat
dari sisi Amerika Serikat dan Australia semata. Lebih dari itu kehadiran
militer Amerika Serikat di Australia tersebut turut juga mempengaruhi dinamika
keamanan di Asia pula. Terlebih dengan reaksi dari China yang kurang sepakat
dengan penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut di Darwin tanpa
dibicarakan terlebih dahulu di dalam komunitas internasional.
Penempatan
pasukan militer Amerika Serikat di Darwin pada awalnya menimbulkan pro dan
kontra dari negara-negara anggota ASEAN yang posisinya relatif dekat dengan
Australia. Pada awalnya beberapa negara anggota ASEAN pun mempertanyakan
penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut. Namun, setelah dilakukan
dialog antara pihak Amerika Serikat dan negara-negara anggota ASEAN, maka
negara-negara anggota ASEAN pun menerima kehadiran pasukan militer Amerika
Serikat di Darwin.
Negara-negara
anggota ASEAN tersebut menerima kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di
Darwin karena alasan-alasan yang dikemukakan oleh pihak Amerika Serikat atas
penggelaran pasukannya tersebut. Alasan-alasan yang kerap kali disampaikan oleh
Amerika Serikat antara lain 1) Pasukan Amerika Serikat akan bereaksi lebih
cepat terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan keamanan di Asia Tenggara, 2)
Pasukan Amerika Serikat dapat melakukan tindakan yang cepat jika ketegangan di
Laut China Selatan meningkat, bahkan Presiden Barack Obama mengutarakan wacana
keamanan maritime di Laut China Selatan dalam agenda KTT ASEAN di Bali.[4]
(Antara News, 16 November 2011)
Dengan
melihat dinamika yang terjadi tersebut tentu kehadiran pasukan militer Amerika
Serikat akan menjadi faktor baru yang akan dipertimbangkan dalam dinamika-dinamika
yang terjadi di Asia Pasifik. Oleh karena itu, penulisan studi kasus mengenai
penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia menjadi menarik
dan penting karena dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi dinamika di
kawasan Asia dan Asia Pasifik.
2.
Rumusan Permasalahan
Presiden Barack Obama telah melakuka penggelaran
pasukan militernya di Darwin dan akan terus ditingkatkan pada tahun 2012 ini.
Kerjasama pertahanan yang dijalin antara Amerika Serikat dan Australia semakin
ditingkatkan dan diperkuat. Amerika Serikat benar-benar akan memberikan fokus
dan perhatian lebih di kawasan Asia Pasifik.
Fokus dan perhatian tersebut terlihat jelas dalam
pernyataan Presiden Barack Obama, “Sebagai Negara dengan perekonomian terbesar
di dunia AS ingin tetap mempertahankan dan memperkuat kehadiran serta perannya
dalam mengembangkan kawasan ini. Jangan pernah ada keraguan lagi di abad ke-21
ini di Asia Pasifik, Amerika Serikat akan ada di dalamnya.” (BBC Indonesia, 17
November 2011)
Presiden Barack Obama pada tanggal 5 Januari 2012
pun mengungkapkan kebijakan terbaru pertahanan Amerika Serikat. Kebijakan bari
ini akan merampingkan postur kekuatan militer Amerika Serikat demi efisiensi
anggaran, peningkatan penggunaan teknologi tinggi dan pergeseran fokus pengerahan
militer ke Asia Pasifik. (Harian Jogja, 6 Januari 2012)
Dari pernyataan-pernyataan kenegaraan tersebut jelas
terlihat bahwa Amerika Serikat sangat serius untuk hadir kembali di kawasan
Asia Pasifik. Kehadiran dan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik
yang diejawantahkan dengan penggelaran pasukan militernya di Darwin menjadi
perhatian dan fokus penelitian penulis. Sehingga penulis berupaya membedah dan
menganalisa Apa kepentingan Amerika
Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia sejak
November 2011?
3.
Tinjauan Pustaka
Beberapa sumber yang menjadi rujukan
tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:
1)
Darwin’s Importance to US Asia-Pacific Strategy yang ditulis oleh Sergei DeSilva-Ranasinghe, seorang
analis senior dari Futire Directions International. Jurnal ilmiah ini
diterbitkan oleh Independent Strategic
Analysis of Australia’s Global Interest di West Perth Australia pada
tanggal 12 April 2012.
Jurnal ini
membahas mengenai pentingnya Darwin dalam Strategi kebijakan Amerika Serikat
dan Asia Pasifik. Di mana, Amerika Serikat dan Australia telah menjalin
kerjasama pertahanan dan kian meningkatkan kerjasama tersebut dengan melakukan
penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin serta melakukan latihan militer
bersama dengan Australia dan Militer negara-negara Asia Tenggara. Lokasi Darwin
yang strategis juga mempermudah pasukan Amerika Serikat untuk melakukan
pendampingan kemanusiaan (humanitarian
assistance), dan bantuan operasi ketika terjadi bencana alam. Darwin juga
menjadi focal point untuk kegiatan
pendampingan peningkatan kapasitas militer Australia yang dilakukan oleh
Amerika Serikat.
2)
Kebijakan Luar
Negeri dan Keamanan Amerika Serikat, Pemindahan Pangkalan Militer AS ke
Australia: Soft Balancing ke Hard Balancing terhadap China? Yang
ditulis oleh Sandi Tawakal Anugrah Putra/Ilmu Hubungan Internasional, FISIP
Univ. Indonesia pada tahun 2012.
Dalam
tulisannya, dijelaskan mengenai mengapa kebijakan penempatan pangkalan militer
di Australia dilakukan di tengah tren kebijakan penurunan pengeluaran anggaran
militer dan program pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintahan Obama.
Kebijakan Amerika Serikat ini dianggap sebagai upaya hard balancing yang
dilakukan sebagai respon kehadiran dan bangkitnya militer China di kawasan
Asia. Hal ini merupakan pergeseran kebijakan Amerika Serikat yang bersifat soft
balancing ke arah hard balancing karena peningkatan militer China yang bersifat
defensive mengarah kepada pertahanan offensive.
Perbedaan dari penelitian ini dengan beberapa
rujukan di atas adalah dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada
kepentingan-kepentingan Amerika Serikat yang menjadi dasar dari kebijakan
penggelaran pasukannya di Darwin, Australia. Penulis akan membedah dan
menganalisa kepentingan Amerika Serikat tersebut baik dari segi ekonomi,
politik, dan militer atas kehadirannya di kawasan Asia Pasifik tersebut.
4.
Kerangka Teori
a.
Definisi Konseptual
1)
Interest
Morgenthau argued that interest was
at the heart of all politics and thus on the international stage it behooved
each state to pursue its national interest, generally defined as power. (J. Peter Pham, 2008: 258)
Menurut
Morgenthau interest merupakan jantung
dari politik internasional, setiap negara pasti akan melakukan tindakan
berdasarkan dorongan national interest-nya,
di mana national interest secara umum
didefinisikan sebagai power. Power ini
sendiri pun bisa berupa power ekonomi,
militer, politik, ideologi dan kebudayaan.
Hans J. Morgenthau stated, in American
national interest, every political action is seen as directed toward keeping,
increasing, or demonstrating power. The objective are 1) to maintenance of the
objective the maintenance of the existing balance of power, 2) seeks to acquire
more power, 3) seeks to show off strength in order to keep or expand power. (J. Peter Pham, 2008: 258)
Hans
J. Morgenthau pun mengemukakan bahwa dalam national
interest Amerika, setiap tindakan politik yang dilakukan adalah bertujuan
untuk menjaga, meningkatkan dan mendemonstrasikan power-nya. Tujuannya adalah untuk 1) untuk menjaga kondisi balance of power yang ada, 2) mencari power yang lebih besar lagi, dan 3)
untuk menunjukkan power-nya guna
menjaga ataupun meningkatkan power-nya.
Sehingga
kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam tindakannya melakukan penggelaran
pasukan militer di Darwin, Australia dapat kita pahami sebagai upayanya
mengejar dan mempertahankan power-nya
dan melakukan balance of power
terhadap China di kawasan Asia Pasifik seperti yang dikemukakan oleh Hans J.
Morgenthau tersebut.
2)
Military
Deployment
Military deployment is the movement
of armed forces and their logistical support infrastructure around the world. Jadi, penggelaran pasukan merupakan penempatan
pasukan militer beserta kebutuhan-kebutuhan logistik dan infrastruktur
militernya di suatu wilayah yang telah ditetapkan. Penggelaran pasukan ini
merupakan salah satu strategi militer di mana strategi ini dilakukan oleh
organisasi militer untuk mengejar sasaran-sasaran strategis yang diinginkan. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Carl von Clausewitz, bahwa strategi militer ini merupakan
salah satu cara untuk meraih kesinambungan politik dengan cara militer.
Hal
inilah yang dilakukan oleh Amerika Serikat saat ini di Darwin, Australia.
Presiden Barack Obama menempatkan 2500 marinirnya beserta 25.000 pasukan
militernya di Darwin sejak November
2011 dan akan terus meningkat pada tahun
2012. Penggelaran pasukan tersebut akan pula disertai dengan latihan
militer bersama dengan Australia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal
ini tentu merupakan salah satu strategi militer Amerika Serikat dalam
menanggapi dan memberikan reaksi terhadap kebangkitan China di Asia, terlebih
lagi China telah meningkatkan strategi pertahanan militernya dari defensive menjadi offensive.
3)
Balance of Power
Balance of Power atau perimbangan kekuasaan di
dalam terminologi hubungan internasional merupakan suatu sistem di mana satu
negara melakukan upaya peningkatan kekuatan menyebabkan negara lain pun turut
melakukan upaya peningkatan kekuatan, baik dengan kekuatan sendiri atau pun
bergabung dengan kekuatan negara lain dengan membentuk aliansi. (Hartman, 16 Maret 2009)
Teori Balance of Power ini pun
mengemukakan bahwa eksistensi suatu negara dengan kekuatannya yang melebihi
kekutan negara-negara lain akan menjadi ancaman di dalam sistem tersebut.
Sehingga satu cara yang efektif untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan
membangun kekuatan yang dapat menandingi kekuatan besar tersebut. Pembangunan
kekuatan itu pun merupakan satu cara yang efektif untuk melakukan kontrol
terhadap penggunaan kekuatan negara yang memiliki power besar tersebut.
Dengan demikian, teori balance of
power dapat dimaknai sebagai distribusi kapabilitas kekuatan antara
negara-negara dalam suatu sistem. Teori balance
of power ini percaya bahwa ketika suatu negara berupaya meningkatkan
kapabilitas kekuatannya dan menggunakan kekuatan tersebut secara agresif, maka
negara-negara yang merasa terancam akan turut pula melakukan peningkatan
kekuatannya sebagai wujud perimbangan baik dilakukan dengan meningkatkan
kapabilitas kekuatannya sendiri atau pun dengan melakukan counter balancing dengan menyatukan kekuatan dari beberapa negara
dalam satu aliansi.
Dalam kaitannya dengan
tindakan penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin, Australia tindakan balancing
yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap China lebih cenderung kepada
bentuk hard balancing. Menurut T.V.
Paul hard balancing merupakan
strategi yang sering diperlihatkan oleh negara-negara yang terlibat dalam
persaingan intens antar negara. Negara kemudian mengadopsi strategi untuk
membangun dan memperbarui kemampuan militer mereka serta menciptakan dan
memelihara aliansi formal dan counteralliances untuk menandingi kemampuan lawan
utama mereka. (T.V Paul, 2004: 3)
b.
Operasionalisasi Konsep
Pemerintah
Amerika Serikat melakukan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia
sejak bulan November 2011 sebagai salah satu kebijakan dan strategi militernya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Carl von Clausewitz, strategi militer yang
dilakukan oleh Amerika Serikat ini merupakan salah satu cara yang dilakukan
oleh Amerika Serikat untk meraih kesinambungan politik di kawasan Asia Pasifik
dengan cara militer sebagai upayanya mem-balancing
kehadiran dan kebangkitan China di Asia.
Kebijakan
dan strategi penggelaran pasukan militer Amerika Serikat tersebut tentu
berdasarkan atas national interest-nya
yang kemudian national interest
tesebut akan diejawantahkan dalam bentuk power,
baik power ekonomi, politik maupun
militer. Hal ini dilakukan sebagai reaksi dan tanggapan Amerika Serikat atas
kehadiran dan kebangkitan China sebagai new emerging powers di Asia.
Sehingga
tindakan penggelaran pasukan di Darwin dapat pula diartikan sebagai upaya
Amerika Serikat melakukan balance of
power terhadap China terutama dengan metode hard balancing. Tindakan balancing Amerika tersebut terlihat dengan
kebijakan-kebijakan dan pernyataan-pernyataan kenegaraan yang dilakukan oleh
Presiden Barack Obama dan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat bidang
pertahanan, Michele Floumoy, terkait dengan kebijakan penggelaran pasukannya di
Darwin, Australia.
5.
Hipotesis dan Asumsi
a.
Hipotesis
Yang
menjadi dasar dari kebijakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di
Darwin, Australia adalah untuk memenuhi national
interest-nya. Di mana Amerika Serikat terus berupaya untuk menjaga dan
mempertahankan power dan pengaruhnya
di kawasan Asia Pasifik, untuk menghimpun dan meningkatkan power-nya, serta mempertahankan kondisi balance of power di kawasan Asia Pasifik karena Amerika Serikat
tidak menghendaki kebangkitan China sebagai new
emerging power muncul sebagai hegemon tunggal di kawasan Asia Pasifik.
b.
Asumsi
Dengan
kehadiran Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik yang diejawantahkan dalam
tindakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia, dapat
menjadi balance of power dan kontrol
atas kehadiran China yang semakin maju dan semakin kuat baik secara ekonomi
maupun militer. Kehadiran Amerika Serikat ini akan membendung dan membatasi
China dalam kegiatannya untuk mendominasi kawasan Asia Pasifik. Dengan
demikian, Amerika Serikat pun dapat dengan leluasan menghimpun power dan menancapkan pengaruhnya di
kawasan Asia Pasifik.
6.
Model Analisis
7.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif di mana penelitian ini menggunakan pola
penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Dari gambaran
fakta dan argument tersebut kemudian dianalisa untuk ditarik sebuah kesimpulan.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena
yang sedang diteliti oleh penulis.
Dalam
penelitian ini penulis mencoba memberikan deskripsi mengenai kebijakan
pemerintah Amerika Serikat dalam tindakan penggelaran pasukan militernya di
Asia Pasifik. Dengan melihat fenomena yang ada tersebut disertai dengan
dukungan argument-argumen yang relevan penulis mencoba menganalisa hingga
akhirnya menarik kesimpulan mengenai kepentingan Amerika Serikat dibalik
kebijkaan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia.
b.
Bentuk Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kepustakaan di mana para penulis melakukan penelitian
terhadap objek yang dikaji dengan melalui penelitian terhadap bahan-bahan
pustaka yaitu dokumen, buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, majalah, koran
dan sumber-sumber lainnya dari internet.
Oleh
karena itu penulis melakukan penghimpunan data-data dan sumber informasi yang
berkaitan dengan kebijkan Pemerintah Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan
militernya di Darwin, Australia, latar belakang dan kepentingan-kepentingan
yang dibawa oleh Amerika Serikat dalam kebijakannya tersebut, serta
sumber-sumber yang menyediakan rumusan-rumusan teori dan konsep yang relevan
untuk digunakan menganalisa fenomena tersebut.
c.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini, para penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menyusun penelitian dengan melakukan teknik dokumnentasi/kepustakaan yang
berarti para penulis mencari sumber-sumber dan mengkaji sumber-sumber informasi
tersebut untuk kemudiah dibedah dan dianalisa dalam penelitian ini.
d.
Metode Analisis
Dalam
melakukan analisis data dan sumber-sumber informasi dari bahan rujukan untuk
penelitian ini, penulis menggunakan metode analisa deskriptif-kualitatif.
8.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tinjauan Pustaka
4. Kerangka Teori
5. Hipotesis dan Asumsi
6. Model Analisis
7. Metode Penelitian
8. Sistematika Penulisan
BAB II OBYEK
YANG DITELITI
1. Penggelaran Pasukan Militer Amerika Serikat di
Darwin, Australia
BAB III ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
1. National
Interest Amerika Serikat
a. Bidang Ekonomi
b. Bidang Politik
c. Bidang Militer
2. Balance of Power Amerika Terhadap China
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asri, Muhammad Fauzi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bergabungnya Amerika Serikat Dalam Trans Pacific Partnership (TPP) Pada Tahun 2009. (Jakarta: 2011)
Australian Goverment Departement of Defence, Defence white paper 2009:defending Australia in the Asia Pacific Century: force 2030. Departement of the prime minister and cabinet (Canberra, 2009)
Burchil, Scott. Andrew Linklater. Theories of International Relations. (New York: Palgrave Mcmillan, 2005)
Dougherty, James E. Pfaltzgraff, Robert L. Contending Theories of International Relations ( A Comprehenship Survey) fourth edition. (New York: Longman, 1996)
Papp, Daniel S. Contemporary International Relations (frameworks for understanding). (Boston: Macmillan Publishing Company, 1997)
Paul T. V, Introduction The Enduring Axioms of Balance of Power Theory and The Contemporary Relevance,dalam T. V. Paul et al (eds), Balance of Power. (California : Stanford University Press,2004)
Pham, J. Peter. What is in The National Interest? Hans Morgenthau’s Realist Vision and American Fereign Policy. (New York: NCAFP, 2008)
Scott, Burchil. National Interest in International Relations Theory. (Houndmills: Palgrave Macmillan, 2005)
Jurnal dan Paper
Department of Defense. Military Personnel Strengths by Regional Area and by Country. (United States: 2012).
US Department of Defense. Joint Publication, Dictionary of Military and Associated Terms. (United States: 2007)
Wulandari, Siti. Menilik kepentingan Amerika Serikat Di Balik Kehadirannya (lagi) di Kawasan Asia Pasifik. (Jakarta: 2011)
Websites
AS Tingkatkan Kehadiran Militer di Australia http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/17/22101/as_tingkatkan_kehadiran_militer_di_australia/#.T6_sEugti2Y . Di akses pada 22 Februari 2012 pukul 19.32 WIB.
BBC Indonesia. “Obama: Asia-Pasifik Masa Depan Dunia.” 17 November 2011. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/11/111117_obamapacific.shtml. Di akses pada 15 Januari 2012 pukul 20.10 WIB.
David Nakamura. The Washington Post: “A Determined Obama in Asia-Pasific Tour.” 19 November 2011. http://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/in-asia-pacific-a-determined-obama/2011/11/19/gIQA3U4TbN_story_1.html. Di akses pada 16 Januari 2012 pukul 00.10 WIB.
Hardy, James. Analysis: US’ Asia-Pasific Strategy Provokes Mixed Responses from China. 13 Januari 2012. http://www.janes.com/products/janes/defence-security-report.aspx?ID=1065932124 . Diakses pada 16 Januari 2012 pukul 00.15 WIB.
Hartman. “Balance of Power in International Relations”. 16 Maret 2009. http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html. Di akses pada 1 Mei 2012 pukul 22.00 WIB.
http://news.detik.com/read/2011/11/19/191342/1771113/10/penambahan-pasukan-as-di-australia-untuk-tanggap-darurat-bencana-alam?9911012. Di aksess pada 1 Mei 2012 pukul 20.37 WIB.
http://www.pelitaonline.com/read-cetak/7737/mulai-2012-ribuan-pasukan-as-beroperasi-di-pearl-harbour-australia/. Di akses pada 20 Februari 2012 pukul 18.58 WIB.
KTT ASEAN 2011 Hasilkan Bali Concord III http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/18/22258/ktt_asean_2011_hasilkan_bali_concord_iii/#.T7BZlugti2Y. Di akses pada 20 Februari 2012 pukul 18.56 WIB.
Mulai 2012, Ribuan Pasukan AS Beroperasi di “Pearl Harbour” Australia
Obama Rampingkan Postur MIliter AS http://www.harianjogja.com/2012/channel/internasional/obama-rampingkan-postur-militer-as-154692 Di akses pada 30 April 2012 Pukul 20.35 WIB
Obama tingkatkan kehadiran militer AS di Australia. http://www.antaranews.com/berita/1321449926/obama-tingkatkan-kehadiran-militer-as-di-australia. Di Akses pada 30 April 2012 Pukul 20.30 WIB
Penambahan Pasukan AS di Australia untuk Tanggap Darurat Bencana Alam
Sari, Deasy Silvya. Kebangkitan China Menurut Realis. 23 Desember 2009. http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=1101&type=4. Di akses pada 15 Januari 2012 pukul 20.00 WIB.
VOA news, Wakil Menhan AS: Penggelaran Pasukan di Australia Bukan untuk Hadapi Tiongkok. http://www.voaindonesia.com/content/wakil-menhan-as-penggelaran-pasukan-di-australia-bukan-untuk-hadapi-tiongkok-135282153/101802.html. Di akses pada 13 Mei 2012 pukul 14.35 WIB.
[1]
Sejak 1 September 1951, dibangun pakta
pertahanan Asia Pasifik antara Australia, New Zealand dan Amerika Serikat yang
dikenal dengan nama ANZUS (Australia, New
Zealand, United States Security Treaty). Dalam kerjasama pertahanannya
tersebut, terjalin kerjasama bilatertal di bidang pertahanan yang lebih erat
antara Astralia dan Amerika Serikat, di mana Australia akan selalu mendukung
kebijakan pertahanan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Sehingga, Amerika
Serikat memiliki akses untuk melakukan latihan militer di wilayah perairan
Pasifik.
[2]
Benua Asia merupakan kawasan yang
potensial karena memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat
populasi yang tinggi sebagai pasar yang potensial merupakan salah satu
perhatian Amerika Serikat. Terlebih lagi dengan kemunculan-kemunculan new emerging powers di Benua Asia
seperti India dan China, menjadikan benua ini semakin menarik perhatian Amerika
Serikat.
[3]
Amerika Serikat mulai memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia dengan membangun dan
mengaktifkan kembali pangkalan-pengkalan militernya di Filipina, Singapura,
Thailand, Jepang dan Korea Selatan.
[4]
KTT ASEAN XIX ini dilaksanakan di Bali,
Indonesia pada tanggal 17-19 November 2011. KTT ASEAN ini tidak hanya dihadiri
oleh negara-negara anggota ASEAN saja tetapi juga negara-negara anggota
ASEAN+3, ASEAN+3+3 serta Amerika Serikat dan Rusia.
Happy reading and enjoy it :)
No comments
your comment awaiting moderation