Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
(18 Juni 2012)
Sejak tahun 2004 Afghanistan
berubah nama menjadi Republik Islam Afghanistan. Republik Islam Afghanistan terletak di
tengah-tengah Benua Asia. Karena letaknya tersebut, Afghanistan merupakan
negara yang memiliki letak strategis di Benua Asia. Posisinya yang berada di
tengah-tengah Benua Asia menyebabkan Afghanistan seringkali dikelompokkan ke
dalam negara kawasan Asia Selatan maupun Asia Tengah.
Hubungan bilateral
antara Indonesia dan Afghanistan telah terjalin sejak pembukaan hubungan
diplomatik pada tahun 1950. Indonesia dan Afghanistan pun telah menandatangani
perjanjian persahabatan pada 24 April 1955. Hubungan bilateral yang baik di
antara kedua negara tercermin dalam hadirnya Afghanistan dalam Konferensi Asia
Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955, dukungan yang diberikan
Afghanistan kepada Indonesia pada beberapa forum internasional, seperti
keanggotaan tidak tetap DK-PBB (2007-2008), Human
Rights Council (2007-2010), Executive
Board of World Health Organization (2007-2010), External Auditor of WHO (2008-2009 dan 2010-2011), dan United Nations Industrial Development
Organization (2010-2011).[1]
Sejak tahun 2001
kondisi domestik Afghanistan tidak stabil baik dari bidang politik,
keamanan/militer, ekonomi, sosial dan bidang-bidang lainnya. Hal ini
dikarenakan tumbangnya pemerintahan Taliban yang sedang memerintah Afghanistan dan
invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada tahun 2001. Dalam kondisi yang
demikian, Afghanistan membutuhkan bantuan untuk membenahi kondisi domestik
negaranya.
Oleh karena itu,
Indonesia berkomitmen untuk turut membantu upaya rekonstruksi dan rehabilitasi
kondisi domestik Afghanistan. Indonesia melakukan upaya capacity building kepada Afghanistan dengan mekanisme South-South Cooperation dan skema
trilateral di mana Indonesia menyediakan tempat, tenaga ahli dan bantuan
teknis, dengan pendanaan dari negara ketiga. Banyak program capacity building yang telah dijalankan
sejak tahun 2010 hingga 2011. Di antaranya program-program di bidang perikanan,
perairan, perekonomian, politik/pemerintahan/demokrasi, kesehatan, bencana alam,
dan pertanian.
Kini, masalah keamanan
domestik Afghanistan menjadi perhatian dan tantangan utama dalam upaya capacity building di Afghanistan.
Pasalnya, pasukan internasional yang tergabung dalam ISAF (International Security Assistance Force) yang selama ini membantu
menjaga keamanan domestik Afghanistan sejak Desember 2001, akan meninggalkan
Afghanistan pada tahun 2014. Sehingga, Afghanistan harus mampu menjaga keamanan
domestiknya dengan kekuatan militer yang Ia miliki sendiri.
Dalam Konferensi Afghanistan
di Bonn, Jerman, 5-6 Desember 2011, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia,
Marti Natalegawa, menyampaikan bahwa Indonesia akan membantu capacity building di bidang keamanan
bagi Afghanistan. Indonesia akan memberikan pelatihan bagi 50 polisi Afghanistan.
Pelatihan ini akan difokuskan pada pelatihan lalu lintas, investigasi kriminal
dan community policing.[2]
Pelatihan ini dilakukan sebagai bekal bagi Afghanistan memegang kembali
tanggung jawab penuh atas keamanan domestiknya pada tahun 2014.[3]
Wacana capacity building di bidang keamanan
tersebut ditanggapi positif oleh Ketua Majelis Nasional (Senat) Republik Islam
Afghanistan, Fazel Haddi Muslimyar. Tanggapan positif tersebut ditunjukkan
dengan niatnya meningkatkan hubungan bilateral negaranya dengan Indonesia. Hal
tersebut diutarakan ketika Ia berkunjung ke MPR 13 Desember 2011. Kedatangan
Fazel diterima oleh Ketua MPR, Taufiq Kiemas, Wakil MPR, Hajriyanto Y. Thohari,
Melani Leimena Suharli dan pimpinan dari fraksi-fraksi partai politik.
Salah satu topik yang
dibahas dalam pertemuan tersebut adalah keinginan Fazel melakukan kerjasama
antara Kepolisian Indonesia dan Afghanistan. Menurutnya, Kepolisian Afghanistan
memerlukan bantuan-bantuan pendidikan dan pelatihan agar lebih profesional.
Ehsanullah Bayat, Anggota Delegasi Afghanistan, mengharapkan adanya Komisi
Indonesia-Afghanistan, agar kerjasama bilateral di antara kedua negara dapat
segera direalisasikan. Adapun Taufik Kiemas, menanggapi perbincangan tersebut
dengan baik. Menurutnya, kerjasama dengan semua pihak merupakan keinginan
Indonesia.[4]
Pada tanggal 14
Desember 2011 pun, rombongan delegasi Majelis Nasional (Senat) Republik Islam
Afghanistan menemui Presiden SBY beserta Menkopolhukam, Djoko Suyanto,
Mensekneg, Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, Wamenlu, Wardana dan
staf khusus presiden bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah di Kantor
Presiden. Seusai pertemuan tersebut Teuku Faizasyah mengatakan bahwa Indonesia
siap untuk melatih dan mendidik 50 polisi Afghanistan pada awal 2012. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk dukungan atas upaya pemulihan Afghanistan paska invasi
Amerika Serikat pada tahun 2001.
Faiza juga
mengungkapkan bahwa Indonesia dan Afghanistan akan menggalang kerjasama di
bidang kontra-terorisme. Sebagaimana kita tahu bahwa, Afghanistan diduga
menjadi sarang teroris internasional. Invasi yang dilakukan Amerika Serikat
pada tahun 2001 pun dilakukan atas nama “war
against terrorism”. Di mana Pemerintah Taliban dituduh melindungi dan
menyembunyikan Osama bin Laden, pelaku terorisme yang sedang diburu oleh
Amerika Serikat. Hingga kini pun, masih ada ketakutan dan kecurigaan bahwa
aktivitas kelompok terorisme internasional masih berlangsung di Afghanistan.
Ancaman terorisme ini
menjadi salah satu fokus dan perhatian Indonesia. Indonesia telah berkomitmen
untuk ikut serta dalam upaya memerangi terorisme internasional karena kejahatan
tersebut sangat berbahaya dan merugikan. Indonesia sendiri pernah mengalami
kejahatan teror seperti yang terjadi pada kasus Bom Bali I, Bom Bali II dan
Pemboman Hotel Ritz Carlton. Kini, Indonesia telah memiliki Pusat
Kontra-terorisme di Semarang[5]
sebagai salah satu upaya menangani ancaman terorisme. Tentunya kerjasama
kontra-terorisme Indonesia-Afghanistan diharapkan dapat meminimalisasi ancaman dan
gangguan terorisme yang terjadi baik di antara kedua negara maupun di kawasan
Asia sendiri.
[1]
Kemlu. Kerjasama Bilateral: Afghanistan. http://www.kemlu.go.id/Lists/BilateralCooperation/DispForm.aspx?ID=22&Source=http%3A%2F%2Fwww%2Ekemlu%2Ego%2Eid%2FLists%2FBilateralCooperation%2FAllItems%2Easpx.
Diakses pada 18 Juni 2012 Pukul 11.15 WIB.
[2] Miranti. TvOne. Menlu: Indonesia Komitmen Bantu
Afghanistan. 6 Desember 2011. http://internasional.tvonenews.tv/berita/view/51687/2011/12/06/menlu_indonesia_komitmen_bantu_afghanistan.tvOne.
Diakses pada 17 Juni 2012 Pukul 17.15 WIB.
[3] Kemlu.
Menlu RI: Indonesia Bertekad Bantu Afghanistan Membangun Kembali. 6 Desember
2011. http://www.kemlu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=5331&l=id.
Diakses pada 17 Juni 2012 Pukul 17.20 WIB.
[4] Rakyat Merdeka. Senator Afghanistan Ingin
Negaranya Seperti Indonesia. 14 Desember 2011. http://internasional.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/12/14/48922/Senator-Afghanistan-Ingin-Negaranya-Seperti-Indonesia-.
Diakses pada 17 juni 2012 Pukul 16.00 WIB.
[5] Suryanto. Antara News. Indonesia Latih Polisi
Afghanistan Awal 2012. http://www.antaranews.com/berita/1323858733/indonesia-latih-polisi-afghanistan-awal-2012.
Diakses pada 17 Juni 2012 Pukul 19.10 WIB.
Happy reading and enjoy it :)
No comments
your comment awaiting moderation