Bapak Sobat Budaya? Siapakah dia?
Sobat Budaya? Apakah itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekelibat akan muncul saat kamu membaca judul artikel ini. Kali ini aku akan menceritakan seorang sosok, pria berdarah batak, yang memiliki semangat dan gagasan untuk melestarikan budaya tradisi Indonesia.
Hokky Situngkir, aku biasa memanggilnya Bang Hokky. Ia lahir di tanah batak, Siantar, Sumatera Utara, pada tanggal 7 Februari 1978. Merupakan seorang cucu dari L. Manik, pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan Desaku.
Ia merupakan seorang peneliti, berlatar belakag pendidikan teknik elektro di salah satu universitas negeri ternama di Kota Kembang, Bandung. Latar belakang pendidikannya jauh dari bidang seni dan budaya. Namun, sejak tahun 2005, Bang Hokky telah dengan gigih mendata dan mendokumentasikan data budaya tradisi nusantara.
Bermula pada pertanyaan, “mana lukisan Indonesia pertama kali?”, dari berbagai premis, muncul kesimpulan, mungkin batik adalah lukisan pertama nenek moyang bangsa Indonesia. Upaya pendataan dan pendokumentasian budaya tradisi Indonesia bermula.
Indonesia diklaim sebagai Negara dengan diversitas budaya yang paling tinggi di dunia, dengan 17.000 kepulauan, 1.200 suku bangsa, 726 bahasa, dan ribuan atau bahkan jutaan kebudayaan, tapi klaim tersebut tidak memuaskan bagi Bang Hokky. Sebagai seorang peneliti, klaim demikian tidak kuat dan tidak valid tanpa ditunjukan dengan bukti-bukti data yang representatif. Dari sinilah gagasan Gerakan Sejuta Data Budaya dimulai.
Gerakan Sejuta Data Budaya?
Gerakan ini adalah sebuah inisiatif untuk mendata dan mendokumentasikan kekayaan budaya tradisi Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Awalnya, gerakan ini hanya dilakukan oleh Bang Hokky bersama dengan rekan-rekannya di Bandung. Gerakan kecil yang digagas sejak tahun 2007 ini kemudian menjadi semakin dikenal masyarakat luas, setelah komunitas Sobat Budaya terbentuk di tahun 2011. Dan di tahun 2011 ini pula, masyarakat luas bisa mengakses informasi budaya secara bebas di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia sebagai hasil pendataan dan pendokumentasian budaya yang dilakukan sejak tahun 2005. Kini, Bang Hokky menjadi Bapak Sobat Budaya! Bapakku, di komunitas ini.
Bang Hokky, Bapak kami di Komunitas Sobat Budaya
Aku mengenal Bang Hokky di pertengahan tahun 2014. Setahun sudah aku mengenal beliau. Bagiku, sosok Bang Hokky, bisa dikatakan sebagai local heroes di bidang pelestarian budaya. Upayanya dalam melakukan pendataan dan pendokumentasian budaya yang secara konsisten dilakukan sejak tahun 2005 hingga kini merupakan tindakan seorang pahlawan (yang tanpa tanda jasa) terus gigih dilakukan untuk melestarikan budaya Indonesia.
Sobat Budaya? Apakah itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekelibat akan muncul saat kamu membaca judul artikel ini. Kali ini aku akan menceritakan seorang sosok, pria berdarah batak, yang memiliki semangat dan gagasan untuk melestarikan budaya tradisi Indonesia.
Hokky Situngkir, aku biasa memanggilnya Bang Hokky. Ia lahir di tanah batak, Siantar, Sumatera Utara, pada tanggal 7 Februari 1978. Merupakan seorang cucu dari L. Manik, pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan Desaku.
Ia merupakan seorang peneliti, berlatar belakag pendidikan teknik elektro di salah satu universitas negeri ternama di Kota Kembang, Bandung. Latar belakang pendidikannya jauh dari bidang seni dan budaya. Namun, sejak tahun 2005, Bang Hokky telah dengan gigih mendata dan mendokumentasikan data budaya tradisi nusantara.
Bermula pada pertanyaan, “mana lukisan Indonesia pertama kali?”, dari berbagai premis, muncul kesimpulan, mungkin batik adalah lukisan pertama nenek moyang bangsa Indonesia. Upaya pendataan dan pendokumentasian budaya tradisi Indonesia bermula.
Indonesia diklaim sebagai Negara dengan diversitas budaya yang paling tinggi di dunia, dengan 17.000 kepulauan, 1.200 suku bangsa, 726 bahasa, dan ribuan atau bahkan jutaan kebudayaan, tapi klaim tersebut tidak memuaskan bagi Bang Hokky. Sebagai seorang peneliti, klaim demikian tidak kuat dan tidak valid tanpa ditunjukan dengan bukti-bukti data yang representatif. Dari sinilah gagasan Gerakan Sejuta Data Budaya dimulai.
Gerakan Sejuta Data Budaya?
Gerakan ini adalah sebuah inisiatif untuk mendata dan mendokumentasikan kekayaan budaya tradisi Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Awalnya, gerakan ini hanya dilakukan oleh Bang Hokky bersama dengan rekan-rekannya di Bandung. Gerakan kecil yang digagas sejak tahun 2007 ini kemudian menjadi semakin dikenal masyarakat luas, setelah komunitas Sobat Budaya terbentuk di tahun 2011. Dan di tahun 2011 ini pula, masyarakat luas bisa mengakses informasi budaya secara bebas di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia sebagai hasil pendataan dan pendokumentasian budaya yang dilakukan sejak tahun 2005. Kini, Bang Hokky menjadi Bapak Sobat Budaya! Bapakku, di komunitas ini.
Bang Hokky, Bapak kami di Komunitas Sobat Budaya
Aku mengenal Bang Hokky di pertengahan tahun 2014. Setahun sudah aku mengenal beliau. Bagiku, sosok Bang Hokky, bisa dikatakan sebagai local heroes di bidang pelestarian budaya. Upayanya dalam melakukan pendataan dan pendokumentasian budaya yang secara konsisten dilakukan sejak tahun 2005 hingga kini merupakan tindakan seorang pahlawan (yang tanpa tanda jasa) terus gigih dilakukan untuk melestarikan budaya Indonesia.
Ia, seorang yang berpengetahuan luas, seorang rekan berbincang yang asyik dan menyenangkan. Di setiap perbincangan selalu kudapati informasi dan pengetahuan yang menarik. Di setiap perbincangan, akan selalu muncul “made for minds.” Apa-apa yang harus dipikirkan kembali, dan apa-apa yang bisa kita perbuat untuk mengembangkan masyarakat. Terutama untuk pengembangan dan inovasi budaya di masyarakat.
Inisiatif Gerakan Sejuta Data Budaya yang telah dirintis sejak tahun 2007, bukan tanpa hambatan atau pun batu sandungan. Lika-liku kampanye dan pengembangan komunitas tentu dihadapi. Aku yang baru setahun terlibat dan ikut berkecimpung dalam gerakan dan komunitas ini saja telah merasakan lika liku dan pasang surut yang dihadapi. Apalagi beliau sudah mulai melakukan upaya pendataan sejak sepuluh tahun yang lalu.
Sepuluh tahun usia gagasan gerakan ini masihlah sangat muda, dan perjalanan masih panjang jauh dari kata selesai atau akhir. Semoga akan semakin banyak orang yang turut serta menggerakan gagasan dan komunitas ini. Dan semoga, program kampanye pelestarian budaya bisa menjadi program yang disajikan di berbagai channel tv kabel atau smart tv. Sehingga, akan semakin banyak lapisan masyarakat yang mengenal isiatif Gerakan Sejuta Data Budaya guna melestarikan kekayaan budaya kita yang adiluhung nilainya!
Mari Mencintai Indonesia, Menginspirasi Dunia!
Inisiatif Gerakan Sejuta Data Budaya yang telah dirintis sejak tahun 2007, bukan tanpa hambatan atau pun batu sandungan. Lika-liku kampanye dan pengembangan komunitas tentu dihadapi. Aku yang baru setahun terlibat dan ikut berkecimpung dalam gerakan dan komunitas ini saja telah merasakan lika liku dan pasang surut yang dihadapi. Apalagi beliau sudah mulai melakukan upaya pendataan sejak sepuluh tahun yang lalu.
Sepuluh tahun usia gagasan gerakan ini masihlah sangat muda, dan perjalanan masih panjang jauh dari kata selesai atau akhir. Semoga akan semakin banyak orang yang turut serta menggerakan gagasan dan komunitas ini. Dan semoga, program kampanye pelestarian budaya bisa menjadi program yang disajikan di berbagai channel tv kabel atau smart tv. Sehingga, akan semakin banyak lapisan masyarakat yang mengenal isiatif Gerakan Sejuta Data Budaya guna melestarikan kekayaan budaya kita yang adiluhung nilainya!
Mari Mencintai Indonesia, Menginspirasi Dunia!
No comments
your comment awaiting moderation