Entah apakah ini sebuah self-diagnosis, tapi aku merasa memilik short-term memory, ya gimana engga, aku terlalu gampang lupa, tapi kok Susan melupakan orang yang sudah menyakiti teramat dalam, #eh. Tapi, aku merasa senang, masih ada memori-memori masa kecil yang masih bisa sedikit ku ingat.
Satu kenangan manis masa kecil yang masih jelas ku ingat sampai sekarang adalah, aku selalu minta digendong oleh Bapak setiap Bapak pulang dari Jakarta.
Ya, sewaktu aku kecil aku tinggal di desa bersama Ibu dan kakak adikku, sedangkan Bapak berdagang di Jakarta. Dulu, Bapak pulang setiap sebulan sekali membawa beragam jajanan dan buah-buahan untuk kami. Sudah pasti kami sangat senang dengan kepulangan Bapak, dengan beragam oleh-oleh dan uang jajan hehe.
Biasanya Bapak pulang setiap weekend, hari dimana perkuliahan libur, karena Bapak berjualan ketoprak di depan kampus Moestopo. Dan waktu-waktu weekend itu kami manfaatkan untuk main-main anak ayam, main ke sabah atar sepedahan ke desa-desa lainnya. Dan kenangan yang menyenangkan bersama Bapak ya minta digendong dari rumah ke pekarangan! Padahal kan, aku sedari dulu sudah berbadan bongsor yaa, jadi sudah otomatis berat! Hahahaha, untung Bapakku kuat ya pada masa itu.
Sayangnya semasa kecil, aku tidak ada foto-foto karena memang kami tidak ada handphone canggih atau pun kamera. Dan inilah momen yang bisa kuabadikan ketika sepedahan bersama Bapak bulan Juli tahun 2016 silam.
Sepedahan bersama Bapak, Juli 2016 |
Selain memori menyenangkan, ada pula satu memori masa kecil yang tak menyenangkan dan masih terngiang sampai sekarang. Setiap liburan sekolah, biasanya aku bersama Ibu, kakak dan adikku berangkat ke Jakarta, ya niatnya untuk liburan dan melihat Jakarta. Aku ingat, dulu sempat Berman ke Taman Ria Senayan, dan naik kuda putar. Tapi, sekarang sudah tidak ada Taman Ria ya, huhu.
Dan, ini lah memori kurang menyenangkannya; pada suatu ketika terjadi kebakaran di area pasar dekat perumahan dimana Bapak tinggal. Akhirnya, semua penghuni perumahan berkemas dan berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang lebih aman, menghindari jika kebakaran merembet sampai perumahan kami. Semalaman kami mengungsi, sampai sumber api bisa dipadamkan. Beruntungnya pada saat itu, api tidak menjalar ke perumahan kami dan kami kembali pilant dengan membawa berkarung-karung peralatan.
No comments
your comment awaiting moderation