Tahu ga sih kalau ada 2.500 kasus kekerasan terhadap perempuan periode Januari-Juli 2021, melampaui batas 2.400 kasus sepanjang tahun di 2020? Pandemi menjadi salah satu trigger melonjaknya kekerasan terhadap perempuan tahun ini!
Aku menjadi teringat dengan kejadian beberapa tahun silam, ketika merasakan kekerasan verbal dan psikis saat berselisih paham dengan mantan pasangan hingga sempat merasakan kagetnya terkena lemparan tangan. Thanks to God, I can cut the bullying after months together.
|
We Should Brave to cut the bullying! |
Ngeri-ngeri sedap yaa fakta di lapangan bahwa kekerasan terhadap perempuan senantiasa meningkat setiap tahunnya. Ketika aku mengikuti webinar "Ubah Narasi: Peran Media dalam Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan" pun banyak informasi yang diberikan terkait faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan perempuan, upaya-upaya perlindungan dan pencegahan hingga kampanye pentingnya pengubahan narasi media guna mencegah kekerasan terhadap perempuan.
|
Peningkatan Kekerasan Berbasis Gender di Masa Pandemi |
Hampir dua tahun kita melewati dan menghadapi
tantangan kondisi pandemi Covid-19, kondisi demikian yang menyebabkan merebaknya krisis sosial dan ekonomi pun ternyata meningkatkan Kekerasan Berbasis Gender (KBG) hingga memperburuk ketimpangan gender. Beragam bentuk kekerasan dialami perempuan mulai dari kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran sebagai empat kasus yang paling banyak dilaporkan.
Selain empat jenis kekerasan tersebut ternyata penggunaan gawai secara insentif di masa pandemi menjadi buah simalakama karena menghadirkan bentuk kekerasan baru berupa Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Kekerasan berbasis gender online meningkat dengan total pelaporan kasus 241 di tahun 2019 menjadi 940 kasus pada tahun 2020.
Menurut Ketua Komas Perempuan, Andy Yentriyanti ada dua faktor utama yang melanggengkan kekerasan terhadap perempuan sebagai berikut:
- Ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender;
- Belum adanya aturan hukum yang mengatur mengenai kekerasan perempuan secara komprehensif.
Oleh karena itu, pemerintah pun berkomitmen untuk menanggulangi kasus-kasus kekerasan perempuan dengan menyediakan seperangkat peraturan untuk melindungi perempuan dari tindak kekerasan. Presiden Joko Widodo pun memberikan lima arahan berikut untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mememerangi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
|
Arahan Presiden Joko Widodo |
Peran Media Cegah Kekerasan Perempuan
Di era digital seperti sekarang ini, dimana asupan berita, informasi hingga hoax berkelindan dalam kehidupan sehari-hari, di setiap saat kita memegang gawai, media memiliki peranan penting untuk mengubah narasi pemberitaan seputar perempuan untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan!
Dalam melakukan upaya penurunan kekerasan terhadap perempuan terdapat cara-cara promotif, preventif dan kuratif, kita sebagai pegiat literasi digital dan juga para jurnalisme media bisa berperan aktif di sektor promotif dan preventif dengan cara:
- Tidak melakukan seksualisasi, stereotyping, dan menjadikan perempuan sebagai objek seksual.
- Tetap mengedepankan etika jurnalisme dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Prakti-praktik media tersebut harus dikedepankan guna membangun
mindset dan psikologi masyarakat dalam melihat, beropini dan mengambil sikap dalam isu-isu kekerasan perempuan.
Sudahkah kita sebagai pegiat literasi digital melakukan hal tersebut?
|
Peran Media Cegah Kekerasan perempuan |
Membangun Indonesia sebagai negara dan tempat yang aman bagi perempuan bisa diwujudkan dengan dukungan dan sinergi dari semua pihak, khususnya media. Diharapkan media bisa menjalankan kode etik jurnalisme dan pemberitaan yang ramah perempuan, serta mulai mengembangka kebijakan media untuk mendorong pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan. - Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani.
Media pun bisa mengambil peran aktif pencegahan kekerasan perempuan sebagai mitra Komnas Perempuan dengan menempatkan Komnas Perempuan sebagai narasumber media, melakukan ekspose rilis, konferensi pers, media gathering, visit media dan menjadi media center. Selain itu, media pun bisa memainkan peran sebagai penyambung suara korban dengan mendampingi korban melaporkan kasusnya, mengurangi trauma korban, sumber informasi lembaga layanan dan Komnas Perempuan, turut melakukan pencegahan melalui pendidikan publik dan berkontribusi dalam perubahan kebijakan.
Belakangan ini banyak pemberitaan mengenai kekerasan yg dialami perempuan dr org terdekatnya senduri, miris rasanya. Semoga ad tindak lanjut ya
ReplyDeleteDengan era digital sekarang ini, media memang harus berperan aktif untuk semakin mencegah kekerasan apda perempuan ya, Mbak. Termasuk sekarang juga banyak diadakan webinar-webinar. Tentu saja, para korban pun harus berani bercerita, bahkan melaporkan apa yang terjadi pada dirinya.
ReplyDeleteAhh bener banget ini, media sebagai corong pada masyarakat terlebih soal edukasi kekerasan pada perempuan. Kalo semua media bersatu, keknya kekerasan bakal jadi concern penuh nantinya ya
ReplyDeleteMemang selayaknya kita sebagai blogger yang juga termasuk ke dalam golongan pegiat literasi digital bisa turut mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Salah satunya dengan menulis artikel yang baik dan menghindari HOAX.
ReplyDeletekekerasan terhadap perempuan ini memang masih sering terjadi butuh concern dari berbagai pihak untuk memutus mata rantai kekerasan terhadap perempuan ini
ReplyDeleteBerarti kita dapat berkontribusi juga ya nih kak Wulan lewat artikel di blog maupun media sosial ya, agar dapat menyingkirkan kekerasan pada perempuan. Semangat, bersatu 💪
ReplyDeleteSebelum komen di blog yang keren banget ini, saya turut bersedih atas apa yang menimpa Mba Wulan. Semoga kejadian serupa tidak terulang lagi ya.
ReplyDeleteAgar kejadian kekerasan terhadap perempuan tidak terus terjadi, semua pihak seharusnya ikut berperan ya, terutama media yang turut aktif mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan.
wah iya, media juga punya peran penting dalam mencegah merebaknya kekerasan terhadap perempuan y mbak
ReplyDeleteiya sih, media tuh besar banget pengaruhnya terhadap dunia, terlebiuh perempuan. apalagi kan kayaknya penikmat media itu kebanyakan perempuan bukan sih... jadi ya memang sebisa mungkin kita share hal-hal positif aja melalui media sosial
ReplyDeleteBlog sebagai salah satu media dapat berperan aktif untuk membantu mengurangi kekerasan pada perempuan.
ReplyDeletesaya lihat memang banyak kebijakan keuangan yang berkaitan dengan gender. Misalnya Mekar. Ini perempuan banget. Bantuan pendanaan untuk usaha perempuan.
ReplyDeleteAhai, malah bahas yang lain. Heuheu. Maaf.
ReplyDeletePemerintah saat ini sudah cukup memperhatikan perempuan. Hanya saja di tempat terdekat, yaitu di kalangan perempuan sendiri masih sering terjadi kekerasan perempuan. Seringnya malah dilakukan oleh orang terdekat. Celakanya lagi, sering dilakukan di media sosial yang notabene terbuka untuk semua orang.
Edukasi yang baik untuk kita semua bahwa menghargai wanita itu sebagaimana menghargai keluarga sendiri. Sosialisasi yang paling ampuh memang di media agar menjangkau lebih luas.
ReplyDelete