Dipikir-pikir sedari dulu salah satu concern ku kenapa ingin (punya harapan) menikah muda, di usia 25 tahun ya karena mempertimbangkan masa kesuburan perempuan agar berada pada masa subur terbaiknya untuk mengandung anak pertama dan anak kedua dengan jarak usia yang cukup, kurang lebih tiga tahun. Duluuuu, aku berpikiran mentok-mentoknya usia kesuburan dan kondisi prima perempuan untuk mengandung sampai usia 30 tahun, hehe.
Merayakan penghujung usia 20-an! (baca: 29 tahun) |
Persepsi-persepsi tersebut tentu masih membayang sampai sekarang, ketika masih melajang saat memasuki usia kepala tiga. Beruntungnya aku mendapatkan informasi kegiatan Kulwap (Kuliah Whatsapp) seputar "Masalah Pasutri Masa Kini: Masalah Kesuburan Wanita" bersama dr. Indra Anwar, Sp. OG. Sesi kulwap dimulai dengan pemberian pengetahuan-pengetahuan dasar seputar masalah pasutri dan kesuburan wanita yang kemudian langsung berinteraksi melakui sesi QnA dengan para peserta kulwap.
Kulwap "Masalah Pasutri Masa Kini" bersama dr. Indra Anwar, Sp. OG |
Masalah Klasik Fertilitas
Infertilitas atau ketidaksuburan diartikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah bersenggama (melakukan urusan ranjang) secara teratur tanpa kontrasepsi selama 12 bulan dalam praktik klinik, adapun WHO merekomendasikan jangka waktu 24 bulan sebagai defisinis infertilitas untuk kepentingan riset epidemiologik.
Sebuah kabar baik, menenangkan dan menjadi jawaban atas kekhawatiranku tadi perihal usia menikah dan kehamilan nih, ternyata sebagian pasangan infertil bisa diobati secara medik dan operatif sehingga bisa hamil alami, tetapi 10-15% pasangan infertil memerlukan teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung agar bisa hamil.
Dan ternyata salah satu faktor terpenting yang memengaruhi kesuburan pasangan suami istri adalah usia perempuan. Karena bertambahnya usia akan mempengaruhi penuaan ovarium yang dapat memicu pembuahan normal dan/atau menghentikan perkembangan embrio awal. Bertambahnya usia dan penuaan ovarium juga memicu terjadinya kesalahan kromosom maupun anomali kromosom selama masa pembuahan. Nah, gambar berikut menunjukkan kronologis masa kehidupan perempuan. Dari bagan tersebut masa reproduksi berada pada rentang usia 11-13 hingga 40 tahun ya, dan mulai memasuki fase pra menopouse ketika di usia 40-an. Selain itu, berdasarkan grafik fertilitas pun, ternyata tingkat fertilitas kian menurun seiring bertambahnya usia. Jadi sepertinya lebih baik tidak usah menunda-nunda kehamilan ya bagi yang ingin memiliki momongan.
Kronologis Masa Kehidupan Perempuan |
Grafik Fertilitas berdasarkan Usia Ibu |
Urusan Ranjang Pasutri dan Syarat Terjadinya Kehamilan
Urusan ranjang pasutri pun punya peranan penting sebagai syarat terjadinya kehamilan. Yang perlu diperhatikan dalam urusan ranjang pasutri agar mendorong terjadinya kehamilan antara lain:
- Hubungan seksual (urusan ranjang) normal.
- Hubungan seksual (urusan ranjang) tepat waktu/teratur.
- Mulut rahim/cairan mulut rahim baik.
- Saluran telur paten & berfungsi normal.
- Rahim/dinding rahim normal.
- Ada sel telur yang berkembang & ovulasi.
- Ada sperma dengan jumlah/kualitas baik.
Hypersex dalam Urusan Ranjang Pasutri dan Fertilitas Pasangan
Dalam Kulwap "Masalah Pasutri Masa Kini: Masalah Kesuburan Wanita" bersama dr. Indra Anwar, Sp. OG aku pun melontarkan pertanyaan apakah kecenderungan hypersexuality urusan ranjang berpengaruh terhadap tingkat fertilitas pasutri. dr. Indra Anwar, Sp. OG pun menjelaskan bahwa hypersex terjadi jika salah satu pasangan dalam urusan ranjang merasakan ketidakpuasan, namun kecenderungan hypersex tersebut tidak mempengaruhi tingkat fertilitas pasangan.
Urusan hiperseksualitas dinilai sebagai kesepakatan dan kepuasan kedua belah pihak, jika kedua belah pihak tidak merasa ada masalah dengan tipe urusan ranjang tersebut maka tetap bisa dikategorikan sebagai hal yang normal. Tetapi jika salah satu pasangan merasa kurang puas atau melampaui batas kemampuannya, maka terjadi masalah dalam urusan ranjang pasutri tersebut, maka perlu berkonsultasi dengan seksolog untuk mencari jalan keluar agar mendapatkan solusi yang memberikan kenyamanan dan tidak mengganggu urusan ranjang pasutri.
Urusan ranjang pasutri pun tidak ada standar ideal-nya, hanya berdasarkan kesepakatan pasutri, selama merasa kebutuhan urusan ranjang-nya sudah terpenuhi maka bisa dikatakan cukup atau normal. Urusan ranjang pasutri merupakan kebutuhan biologis pasangan, layaknya kebutuhan makan dan minum. Selain kebutuhan biologis, urusan ranjang pasutri juga merupakan upaya pemenuhan kebutuhan emosi pasutri dan jangan menjadikan urusan ranjang sebagai beban.
dr. Indra Anwar, Sp. OG dan Makuku Family
dr. Indra Anwar, Sp. OG merupakan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dengan pengalaman yang panjang dalam pelayanan bayi tabung. Selain aktif berpraktik di Klinik Teratai - RS Gading Pluit, BIC Clinic (Klinik eksekutif RSIA Bunda Jakarta) dan Morula IVF Menteng, dr. Indra Anwar Sp. OG juga merupakan anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Indonesia Gynaecology Endoscopy Society (IGES), Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI), Perkumpulan Ultrasonografi Kedokteran Indonesia (PUSKI), Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI), Asia Study Group on Infertility, The Pacific Rim Society of Fertility and Sterility, European Society of Human Reproduction & Embriology (ESHRE), American Society of Reproductive Medicine (ASRM). Adapun layanan medis yang diberikan oleh dr. Indra Anwar, Sp. OG meliputi konsultasi mengenai kesehatan Kebidanan dan Kandungan. Selain datang langsung ke tempat praktik dr. Indra Anwar, Sp. OG kita pun bisa melakukan konsultasi melalui layanan telemedicine halodoc dr. Indra Anwar, Sp. OG. Kita pun bisa mengikuti akun instagram dr. Indra Anwar, Sp. OG untuk mendapatkan informasi-informasi seputar kesehatan kebidanan dan kandungan yang dibagikan melalui akun instagram @indrancanwar.
Layanan Telemedicine Halodoc dr. Indra Anwar, Sp. OG |
"The cause of infertility can be from the husband or wife. Many of the causes of infertility should be examined carefully, and then determined the suitable therapy / treatment, which is can be with drugs, surgery or IVF." - dr. Indra Anwar, Sp. OG
Sama duluuu aku pun berkeinginan nikah muda mentok usia 25-an biar kalo punya momongan sebelum usia 30. Eh, tapi kenyataan dan keinginan beda.
ReplyDeleteIni nih yg wajib digarisbawahi, tidak ada standar ideal. Yg penting berdasarkan kesepakatan pasutri, selama merasa kebutuhan sudah terpenuhi maka bisa dikatakan cukup atau normal.
ReplyDeleteHamil diusia sebelum 30 tahun memang lebih enak menurutku, soalnya saya merasakan hamil diatas usia 30 lebih banyak keluhannya
ReplyDeleteUrusan ranjang nih harus hati-hati kalau bicarain. APalagi kalau berhubungan dengan infertiliti. Kadang tuh laki-laki ga mau tahu kalau dia pun harus dicek atau diatur dietnya agar cepat dapat momongan
ReplyDeleteWah info tambahan untukku nih.. Kebetulan aku baru merasakan hamil di usia 27 tahun dan tidak ada keluhan berarti seputar kondisi fisik.. Semoga dilancarkan juga dikehamilan setelahnya nanti :)
ReplyDeleteAku udah 23 dan malah ga jelas abis kehidupan percintaan. Bingung juga mau punya anak apa ngga. Banyak ketakutan ga jelas.
ReplyDeleteiya sih banyak yg bilang melahirkan itu baiknya di bawah 30 y mbak
ReplyDeletetapi kan takdir orang masing masing
yg penting sudah ikhtiar,
Alhamdulillah keinginan memiliki momongan ini sudah terkabul sebelum usia 30 tahun. Saya sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki dan sehat. Buat teman-teman yang masih kendala soal kesuburan, semua pasti ada waktunya. Enjoy dulu pada hal penting lainnya.
ReplyDeleteBeruntungnya saya melahirkan anak di umur 20-an jadi mendapatkan anak dan melahirkan tidaklah sulit. Sekarang sudah kepala empat mau punya anak pasti susah banget ya.
ReplyDeleteAku dulu menikah sebelum 25 tahun tapi baru dikasih momongan umur 27 itu juga sempet jengah tiap kemana-mana ditanya kapan punya momongan, kegemukan endebre endebre sempat males keacara keluarga wkkwkw
ReplyDeletePengetahuan seperti ini perlu dibaca gak hanya untuk perempuan saja tapi juga laki². Sehingga ada komunikasi baik antar kedua belah pihak sih ya
ReplyDeleteMenambah wawasan dan edukasi buat saya kak disaat nanti klu udah nikah (pasutri), serta urusan ranjang kudu normal aja lah, jgn yg aneh2.
ReplyDeleteBagus nih ada layanan dokter seperti Makuku ini jadi pasangan yang belum dikaruniai keturunan bisa mendapatkan jawaban yang tepat. Btw, dr. Indra S1 nya dari FK UI, spesialisnya dari FK USU ya
ReplyDeleteseru banget bahasannya, bisa bikin nambah pengentahuan baru lagi dan tentu ini bisa jadi informasi berguna bagi pasutri
ReplyDeleteEdukasi yang masih dianggap tabu ini sebenarnya penting ya demi menjaga keharmonisan rumah tangga.
ReplyDeletePembahasan yang selalu menarik nih sebenarnya terkait kesuburan dan masalah ranjang. Untuk masalah kesuburan, emang kedua belah pihak harus terbuka ngomongnya, masalah ranjang pun begitu
ReplyDeleteNah iya,yang menentukan berhasil tidaknya program hamil itu bukan hanya urusan perempuan aja. Pihak suami pun harus ikut memikirkannya
ReplyDeleteMenarik nih bahas soal ini hehehe, soalnya memang banyak sikon dan masing-masing sikon sangat berbeda tergantung dengan pasangan. Yang penting komunikasi tetap terjalin dan kalau ada masalah kesuburan, langsung cek ke dokter.
ReplyDeletedalam hal pernikahan, segala keputusan adalah hasil musyawarah kesua belah pihak, segala hal tuh, Kalau tidak nanti akan jadi bom waktu. terlebih masalah ranjang, yang memang hanya bisa dilakukan antar pasangan yang sah.
ReplyDeleteIni penting banget edukasi masalah sex dan kesuburan. Biar nggak salah kaprah. Banyak mitos seputar kesuburan yang berkaitan dengan sex yang nggak mungkin dibicarakan dengan sembarang orang. Jika ada konsultasi dengan dokter yang kompeten pasti sangat membantu.
ReplyDeleteAlhamdulillah jadi lebih teredukasi. Di masyarakat, pembicaraan seperti ini masih tergolong tabu untuk sebagian orang.
ReplyDelete