Perayaan Natal dan Tahun Baru sudah semakin dekat, sayangnya pandemi Covid-19 masih mengintai, ancaman penularan Covid-19 pun masih menjadi kekhawatiran banyak orang. Terlebih, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengumumkan ditemukannya kasus pertama varian Omicron di Wisma Atlet, Jakarta Utara, 15 Desember lalu, makin ngeri ga sih? Karena banyak pemberitaan dan edaran bahwa varian Omicron ini lebih ganas dan menular lebih cepat dibandingkan varian Covid-19 lainnya. Lalu, apa kabar dengan perayaan Natal dan Tahun Baru yang tinggal menghitung hari.
|
Perayaan Natal Kantor 2019 |
Penetapan PPKM Level 3 atau PPKM Nataru nasional yang kemudian resmi dicabut 7 Desember lalu pun menjadi polemik tersendiri, baik bagi masyarakat,pedagang, akademisi, tenaga ahli, pelaku pariwisata juga tentunya bagi pemerintah. Terlebih, ketika pintu masuk ke Indonesia dari luar negeri masih terbuka dan belakangan ini ditemukan varian Omicron.
Bahas soal pandemi dan separangkat peraturan-peraturannya memang ga ada habisnya ya? Ya karena, ini masih menjadi masalah kesehatan yang berkelindan dalam kehidupan sehari-hari yang belum ditemukan obatnya dan belum bisa diselesaikan. Terus apa dong ya yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk turut serta berperan aktif melawan pandemi dan mencegah lonjakan kasus pada momen perayaan Natal dan Tahun Baru?
|
Berita KBR: Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 - Kawal Nataru! |
Aku sendiri berusaha untuk terus meng-update informasi seputar kondisi terbaru pandemi dan Covid-19 setiap harinya melalui tayangan dan liputan berita, serta perbincangan-perbincangan publik di media Twitter. Ketika menerima informasi adanya talkshow Berita KBR seputar dinamika kebijakan pemerintah menangani pandemi di momen Natal dan Tahun Baru bersama dengan Devi Roza K. Kausar, PhD, CHE, selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila dan Ahmad Arif yang merupakan Co-Founder Lapor Covid-19.
|
Berita KBR dalam Kanal YouTube |
Dari sisi aktivis Lapor Covid-19, Ahmad Arif menanggapi pembatalan PPKM Level 3 tersebut dengan melihat adanya perubahan kondisi pandemi di Indonesia pada masa Nataru tahun lalu dengan tahun ini karena, tren kasus telah menurun, vaksinasi telah mencapai prosentase tinggi (kini mencapai 70%), juga tingkat masyarakat yang telah mengalami infeksi Covid-19 cukup banyak sehingga kombinasi antara tingkat vaksinasi dan tingkat infeksi menimbulkan kekebalan masyarakat. Hanya saja, yang masih menjadi masalah bersama adalah setiap masa libur panjang menimbulkan lonjakan kasus. Di sisi lain, munculnya varian Omicron dengan dugaan klinis lebih ganas dibandingkan varian lainnya turut menjadi faktor pembeda dan bisa jadi menjadi faktor pemicu lonjakan kasus. Kehadiran varian Omicron harus jeli untuk diperhatikan, Dalam kondisi ini, semua pihak harus meningkatkan kewaspadaan dan disiplin protokol kesehatan.
Menurutnya kita perlu berkaca dengan Inggris, negara dengan tingkat vaksinasi tinggi namun kepatuhan protokol kesehatan kian rendah sehingga kemunculan varian Omicron menimbulkan reinfeksi dan menimbulkan gelombang baru Covid-19. Kepatuhan disiplin protokol kesehatan dan penggunaan masker harus terus digalakkan untuk mencegah penularan Covid-19, terlebih di momen-momen hari besar seperti perayaan Natal dan Tahun Baru.
Omicron bisa menjadi game changer, menjadi lebih buruk atau meningkatkan kesigapan kita terhadap Covid-19!
Sedangkan, Bu Devi menanggapi kebijakan yang terus berubah-ubah di masa pandemi, kondisi tersebut bisa dipahami karena pandemi ini menjadi pengalaman pertama baik bagi pemerintah Indonesia maupun pemerintahan di negara-negara lainnya. Namun, masalah komunikasi dan kejelasan pernyataan pemerintah menjadi sangat krusial bagi penyampaian pesan dari pemerintah ke masyarakat di situasi krisis seperti sekarang ini. Rekomendasi pemilihan dan penyampaian pesan yang jelas, disampaikan dengan teratur tidak mendadak serta hindari perbedaan statement antar pejabat publik, yang mana saat ini sering terjadi sehingga memberikan kesan inkonsistensi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 sehingga membingkungkan masyarakat.
Pengecualian-pengecualian penyekatan dan peraturan pun menunjukkan inkonsistensi pemerintah. Di sisi lain, pelonggaran mobilitas dan pembatalan PPKM Nataru sedikit memberikan kabar gembira bagi pelaku usaha pariwisata. Kondisi pandemi pun akhirnya mendorong pengelola pariwisata berbasis CHSE, dengan menerapkan protokol kesehatan, mulai dari program vaksinasi lebih awal, disinfektan fasilitas penginapan dan objek pariwisata hingga penerapan protokol kesehatan yang ketat dalam industri pariwisata.
Selama keberlangsungan industri pariwisata di masa pandemi, perubahan syarat perjalanan dari tes antigen menjadi tes PCR dalam waktu yang singkat dan mendadak pun menjadi kekhawatiran dan hambatan para pelaku pariwisata sehingga menimbulkan kerugian ekonomi. Rantai komando komunikasi yang selama masa krisis pandemi Covid-19 menjadi satu hal yang dituntut untuk diperbaiki.
Inkonsistensi komunikasi risiko bisa berdampak pada tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah, termasuk dalam konteks pengurangan risiko di tengah masyarakat. Ketika peraturan PPKM Level 3 diterapkan, persepsi masyarakat akan terbentuk bahwa risiko Covid-19 masih tinggi sejalan dengan upaya kepatuhan protokol kesehatan. Manakala kebijakan PPKM Level 3 dicabut, akan turut berdampak pada persepsi publik telah menurunnya risiko Covid-19 yang mana bisa menyebkan kendurnya protokol kesehatan pada kegiatan sehari-hari.
So guys, berapapun level PPKM dan kondisi di tengah masyarakat, kita harus terus mawas diri dan menjagai protokol kesehatan yaa, terutama menggunakan masker pada kegiatan seharai-hari, untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan orang terdekat kita! Selamat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan kepatuhan prokotol kesehatan!
Nataru moment dimana kita kembali bersenang-senang setelah dua tahun ngedekam di rumah yang akan membuat hidup kita makin bahagia.
ReplyDeletePasti dong.. Dgn mengikuti peraturan yg ada dan prokes.. InsyaAllah kita tetap dapat nikmati Liburan dgn aman dan sehat dan mencegah lonjakan kasus covid
ReplyDeleteWalaupun sudah vaksin, aku dan keluarga ga asal jalan-jalan. Milih tempat yang ga rame pengunjung dan peralatan bawa sendiri. Rempong sii.. demi kesehatan semua yaa
ReplyDeleteDari acara Webinar ini aku makin paham apa saja batasan yg harus diingat saat menyambut libur Nataru, maklum udah ada rencana juga mo book hotel dan rekreasi
ReplyDeleteMending di rumah aja deh selama des ini. Jauhi keramaian. Ada bnyk hal yg bisa dilakuin di rmh bareng keluarga. Pasti seru jg hehe
ReplyDeleteBenar ya Mbak, varian omicron tuh bikin deg-degan aja. Tapi kalau memang mau berpergian harus ikuti aturan dan taat protokol kesehatan. terutama vaksin & masker.
ReplyDelete