Seiring perkembangan teknologi diiringi semakin pesatnya layanan fintech dan digital banking, kita disuguhi kenyamanan bertransaksi yang tidak terbatas. Kemudahan pembuatan rekening via online tanpa harus ke kantor cabang perbankan, pengiriman buku tabungan melalui jasa logistik, transaksi online, pembayaran cashless, monitoring mutasi rekening online, penggantian kartu chip secara online, belanja online di beragam e-commerce, top up e-money dan berbagai dompet digital juga dilakukan secara online.
Jadi Nasabah Bijak |
Namun, ada sisi lain dari kemudahan-kemudahan yang kita nikmati dari kemudahan transaksi online. Risiko penipuan siber yang tidak bisa kita hindari tanpa kehati-hatian dala bertransaksi. Bahkan tercatat terjadi peningkatan kejahatan siber di Indonesia selama masa pandemi!
Kejahatan Siber dan Jenis-jenisnya
Kejahatan siber atau cyber crime merupakan kejahatan yang terjadi di ruang siber atau dunia maya. Kejahatan ini menjadi salah satu jenis kejahatan yang meningkat selama pandemi karena adanya perubahan gaya aktivitas masyarakat global yang beralih secara daring. Modus kejahatan siber bermacam-macam mulai dari pencurian data, pembobolan rekening, penipuan yang mengatasnamakan CS Perbankan, hingga minta tolong untuk meminjam uang dengan mengatasnamakan teman atau kerabat calon korban.
Skema dan Proses Kejahatan Siber Sumber: kajianpustaka.com |
Beberapa jenis kejahatan siber yang perlu kita waspadai antara lain;
1. Phising
Merupakan contoh kejahatan siber dengan mengelabui calon korban. Biasanya dilakukan melalui email atau pun media sosial dengan mengirimkan link palsu atau pun website bodong. Tujuannya untuk mencuri data penting korban seperti identitas diri, password, kode PIN, kode OTP (One Time Password) pada akun-akun keuangan, seperti mobile banking, i-banking, paylater, dompet digital hingga kartu kredit.
2. Carding
Kejahatan siber dengan bertransaksi menggunakan kartu kredit milik orang lain. Setelah mengetahui nomor kartu kredit korban, pelaku akan berbelanja menggunakan kartu kredit korban. Nomor kartu kredit dicuri dari situs website yang tidak aman, bisa juga dibeli dari jaringan spammer atau pencuri data.
3. Ransomware
Ransomware adalah malware atau software jahat, tidak hanya menginfeksi komputer, tetapi juga menyandera data pengguna. Jika data pengguna sangat berharga tentu akan sangat merugikan korban bukan? Tak pelak pelaku kejahatan akan meminta uang tebusan ke korban agar ransomware dihapus atau dimusnahkan. Jika permintaan tebusan tersebut ditolak, pelaku bisa mengancam merusak data yang disandera tersebut.
4. Penipuan Online
Saat ini modus-modus penipuan online semakin banyak ragamnya. Diantaranya adalah modus penipuan online berkedok foto selfie dengan KTP atau identitas diri. Foto selfie bersama KTP biasanya menjadi salah satu syarat registrasi online akun keuangan, seperti rekening bank, dompet digital, paylater, atau pun pinjaman online.
Jika kita teledor, bisa saja kita terjebak dengan aplikasi-aplikasi ataun website palsu yang dibuat sedemikan rupa. Data yang terhimpun dalam layanan tersebut akan bisa disalahgunakan untuk berbagai kejahatan seperti pencucian uang, penjualan data di pasar gelap atau digunakan sesuka hati untuk pinjaman online ilegal.
5. SIM Swap
Merupakan modus penipuan dengan mengambilalih nomor ponsel atau kartu SIM ponsel seseorang untuk meretas akun perbankan korban. SIM ponsel akhirnya menjadi milik pelaku, ngeri ya? Jika kita ingin membuang kartu SIM lama, direkomendasikan untuk merusaknya terlebih dahulu yaa dengan cara digunting atau dipatahkan, agar tidak disalahgunakan penjahat siber.
Laporan Kasus Kejahatan Siber (Januari-Juli 2019) Sumber: katadata.co.id |
Dari sekian banyak jenis kejahatan siber, penipuan online menjadi kasus kejahatan yang paling banyak dilaporkan dalam kurun waktu Januari-Juli 2019. Hal ini bisa terjadi tentu karena kemudahan melakukan tipu daya melalui pesan singkat maupun media-media online. Diriku sendiri pun punya cerita tersendiri tentang kasus penipuan online.
Kejahatan Siber Naik 4x Lipat Selama Pandemi
Kondisi pandemi yang memaksa pola hidup dan kebiasaan kita beralih ke serba digital, mulai dari sekolah, kuliah, bekerja, meeting, belanja dan bertransaksi meningkatkan intensitas aktivitas kita di ruang siber. Bahkan pengguna internet di Indonesia meningkat hingga 40% selama pandemi berdasarkan data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Penggunaan internet di daerah tertinggal pun turut meningkat hingga 23 persen. Hal ini turut diikuti juga dengan peningkatan upaya serangan siber di Indonesia. Berdasarkan data dari BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2020 terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di Indonesia, naik empat kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2019, dengan kisaran 39 juta serangan siber. Angka serangan siber terbanyak terjadi pada bulan Agustus 2020, dengan kisaran serangan siber sejumlah 63 juta. (Kompas, 2020)
Pengalaman Nyaris Ditipu!
Aku punya pengalaman tidak enak soal kejahatan siber. Bulan lalu, aku nyaris ditipu jutaan rupiah oleh pelaku via chat WhatsApp. Hal ini bermula dari aktivitasku mengelola gedung kosan di kawasan Tangerang Selatan dan mempromosikannya via sosial media. Tak bisa dihindari, tertera nomor WhatsApp sebagai kanal komunikasiku dengan calon penyewa. Beberapa kali berurusan dengan calon penyewa hingga beberapa diantaranya sepakat untuk menyewa kamar kosan.
Modus Penipuan Online |
Namun, ada suatu momen ketika aku dihadapkan dengan berbagai deadline pekerjaan dan harus cepat tanggap melayani calon penyewa, yang mengaku sudah mentransfer dana sejumlah Rp 4.500.000,- dengan bukti transaksi yang nyaris sempurna! Terlebih pelau mengirimkan foto KTP sebagai syarat perjanjian sewa menyewa. Namun, beberapa saat kemudian dengan alasan kesalahan alokasi anggaran, pelaku meminta pengembalian sebagian dana. Aku mengiyakan saja, sebelum mengecek akun rekeningku. Untungnya saja, pada saat itu, aku berusaha untuk membereskan perjanjian sewa menyewanya terlebih dahulu. Dan ketika hendak mengeksekusi pengembalian dana, aku mulai mengendus hal yang tidak beres, karena perbedaan nomor rekening saat transaksi awal dan pengembalian dana. Betul saja, tidak ada dana masuk! Aku mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada pelaku, awalnya dia masih membalas, hingga akhirnya aku diblok dan tidak bisa mengontak nomor si pelaku kejahatan siber ini. Ngeri sekali yaa, bahkan dia mengirimkan foto KTP seseorang sebagai modus penipuannya.
Menjadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri dari Kejahatan Siber
Dengan berbagai risiko kejahatan siber yang berkelindan di dunia maya setiap waktunya, kita sebagai nasabah akun-akun perbankan harus waspada dan bijak dalam bertransaksi agar bisa menghindari potensi-potensi penipuan dan kejahatan siber. Pengalamanku tadi, tentu semakin menyadarkan ku untuk terus berhati-hati dan memberikan fokus lebih untuk urusan transaksi online.
Gerakan Nasabah Bijak yang didukung oleh BRI merupakan gerakan yang lahir karena maraknya penipuan dengan modus Social Engineering (Soceng) yang menimpa nasabah bank karena minimnya literasi masyarakat atas modus-modus penipuan dan tips untuk menghidari kejahatan siber maupun soceng yang mengintai.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi nasabah bijak dan mencegah penipuan;
- Jangan pernah memberikan data untuk transaksi seperti PIN, username, password, kode OTP, Nomor CVV/CVC, Nomor dan Expired Date kartu ATM kepada siapapun.
- Hiraukan SMS, email dan telepon yang mengatasnamakan BRI jika diminta PIN, username, password, kode OTP, Nomor CVV/CVC, Nomor dan Expired Date kartu ATM atau pun tautan yang diberikan dari pihak tidak dikenal.
- Berhati-hatilah dan hiraukan jika mendapatkan kode OTP tanpa melakukan transaksi apa pun.
- Jangan pernah memposting tanggal lahir, nama gadis Ibu kandung, Nomor NIK, Foto KTP, dll di sosial media.
- BRI tidak pernah melakukan pengkinian data nasabah melalui SMS maupun email dan BRI-Info hanya satu-satunya media informasi promo.
- Bila mendapatkan aktivitas atau pun tautan yang mencurigakan atas nama BRI, harap melapor ke contact center BRI 14017/1500017 atau callbri@bri.co.id.
- Berkaca dari pengalamanku yang nyaris ditipu jutaan rupiah via WhatsApp karena hectic-nya pekerjaan, perlu diingat tidak boleh tergesa-gesa mengambil tindakan transaksi online pada kondisi tersebut, karena risiko tertipu jauh lebih besar ya, akibat kelinglungan sesaat, huhu.
- Ikut serta menjadi penyuluh digital dengan menyebarluaskan risiko kejahatan siber dan cara-cara menghindari kejahatan siber yang bisa kita lakukan kepada keluarga, teman, rekan dan followers kita di media sosial. (sumber: instagram.com/nasabahbijak dan pengalaman pribadi)
Dengan sedikit informasi mengenai potensi kejahatan siber yang mungkin kita temui sehari-hari beserta tips untuk menhindarinya, semoga bisa kita praktikkan setiap saat yaa agar kita bisa menjadi nasabah bijak dan terhindar dari risiko kejahatan siber ya.
Kompas.com: Kejahatan Siber di Indonesia Naik 4x Lipat Selama Pandemi
Republika.com: 13 Jenis Kejahatan Siber
Instagram.com/nasabahbijak
Penting banget memperhatikan poin2 di atas biar enggak gampang jadi korban kriminalitas ya
ReplyDeletePengalaman yg serupa jg dialami mama saya. Kebetulan punya kosan jg, nah ada yg tiba2 wa mau pesan kamar dan bilang mau langsung transfer. Pas udah dikasih totalan biaya dan no rekening, dibalas dg bukti struk transfer yang dilebihkan sejuta tapi gak ada notif kalau ada transferan masuk. Gercep amat edit fotonya tuh penipu, benar2 kudu waspada
ReplyDeletewah ngeri juga ya ternyata banyak kasusnya :( kita jadi nasabah harus lebih bijak nih biar aman
ReplyDeleteCarding seringkali digunakan untuk jual tiket pesawat murah. Beberapa orang di grup traveling sudah jadi korbannya, baik yg punya kartu ataupun yang beli tiket sudah bayar nggak bisa terbang.
ReplyDeleteSudah seharusnya kita wajib banget melindungi data pribadi bank kita. Mengingat sekarang ini marak sekali penipuan yang mengatasnamakan bank.
ReplyDeleteDan tips diatas bisa menjadi edukasi bagi nasabah yang masih awam akan menjaga data bank mereka. Terima kasih atas sharingnya mbak
Wah bisa sampai kirim KTP segala ya biar terlihat gak mencurigakan.
ReplyDeleteTetapi kok bisa-bisanya ngambil KTP orang ya?
Semoga, kita selalu dalam lindungan-Nya ya, aamiin
Jadi nasabah sekarang selain bijak juga harus melek literasi perbankan. Sedikit banyak bisa ngebantu kita untuk mengatasi masalah kejahatan cyber karena banyak celah yang bisa dimanfaatkan. kudu beneran berhati hati yes
ReplyDeleteSekarang harus hati-hati sama kejahatan siber ya kak.
ReplyDeleteAksi kejahatan sekarang semakin canggih saja ya. Semoga kita selalu waspada. Terhindar dari penipu Soceng ini
ReplyDeleteNah biasanya ada juga nih disuruh ngirim kode otp saat ada modus phising atau penipuan. Emang kita harus lebih cerdas menghadapi kejahatan siber yang makin marak, jangan sampe mudah ketipu ama iming2 angin surga haha.
ReplyDeleteSiapp.kakak terima kasih remaindernya. Semoga kak wulan bisa ktman trs bye byee
ReplyDeleteMakin canggih era, makin banyak juga celah kejahatannya. Harus sangat aware untuk menghindari cyber crime yah kak. Thanks banget infonya
ReplyDeleteIya ih, ngeri banget sama kejahatan cyber yang makin marak
ReplyDeleteHarus jadi nasabah bijak ya
naaah baru banget kemarin ini kejadian, temen aku dikirimi form suruh diisi gitu, dari BRI ngakunya soalnya kenaikan biaya admin gitu. untung tanya teman di grup dulu dan untungnya dia belum isi formnya. ternyata itu tuh penipuan ya
ReplyDeleteYa Allah bener banget kejahatan ciber sekarang banyak banget, yang hits carding ketika musim liburan kemarin banyak group traveling tidak bisa pulang karena tiketnya tercancel.
ReplyDeleteUsut punya usut tiket hasil.membobol kartu kredit orang lain, berangkat aman eeh plgnya ketahuan yg punya langsung di blokir.
Rugi bandar kan padahal tiket pulang mendadak.mahal sekali.
Zaman sekarang emang harus hati-hati ya Mbak... Internet memang memudahkan, termasuk memudahkan kejahatan, makany harus selalu waspada. Aku selalu mewanti-wanti keluarga agar waspada sama nomor baru. Soalnya sepupu dulu pernah tertipu pulsa sampai jutaan.
ReplyDeleteZaman sekarang emang harus hati-hati ya Mbak... Internet memang memudahkan, termasuk memudahkan kejahatan, makany harus selalu waspada. Aku selalu mewanti-wanti keluarga agar waspada sama nomor baru. Soalnya sepupu dulu pernah tertipu pulsa sampai jutaan.
ReplyDeleteEh kemarin ad temen yang dapet WA yang ngakunya dari BRI mbak, kalau yg dapet kurang teliti bisa aja ketipu. Soalnya setelah diamati bener2, dari file yg dikirim itu banyak typo dan nggak sesuai EYD juga, kan aneh ya sekelas BRI masak nggak teliti soal ginian :')
ReplyDeleteYa Allah~
ReplyDeleteAda juga ya.. yang menipu dengan modus begini. Tapi alhamdulillah kak Wulan cek and ricek dulu sehingga semua tetap aman.
Yang kebayang kalau gak dicek, langsung percaya dengan pelaku.
Pentingnya memahami berbagai modus kejahatan siber begini sehingga gak mudah percaya dan ada double sampai triple checking.
Duuh emang nih! Perlu edukasi terus menerus sampe bolong deh kalau perlu, soalnya masih adaa aja yang ketipu gituu padahal dah banyak banget yang dikasih tau sama BRI biar terhindar dari penipuan
ReplyDelete