Senin, 21 November lalu riuh berita bencana gempa. Gempa yang bersumber dari Cianjur, getarannya pun terasa hingga Jakarta dan kawasan Tangerang. Paksu yang tengah duduk di ruang kantor BSD pun turut merasakan getaran gempa tersebut. Tak terbayang bagaimana kondisi masyarakat di pusat pusarang gempa Cianjur, semoga masyarakat Cianjur bisa segera pulih.
Situasi Gempa Cianjur Sumber Gambar: Murianews.com |
Gempa menjadi salah satu dari ratusan jenis bencana yang dilalui umat manusia, selain pertolongan pertama dan upaya recovery, ternyata ada juga peraturan penanggulangan bencana inklusif bagi penyandang disabilitas. Satu hal yang mungkin kita luput ya sebagai orang awam. Rekan-rekan penyandang disabilitas memerlukan bantuan dan penanganan khusus selama tanggap darurat bencana.
Briefing Relawan Gempa bersama BNPB |
Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia, berupaya mengedukasi masyarakat perihal "Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas" bersama dengan narasumber Drs. Pangarso Suryotomo, Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan Bejo Riyanto, Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (Pelita), juga seorang disabilitas terdampak bencana. OYPMK merupakan orang yang pernah mengalami kusta.
Ruang Publik KBR: Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas |
Menurut Pak Pangarso, banyak hal yang menjadi penyebab bencana alam, mulai dari pergerakan bumi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, perubahan iklim atau pun kerusakan lingkungan. Bencana gempa tidak bisa kita hindari, terlebih Indonesia berada di antara dua benua dan senantiasa dilalui oleh badai tropis. Namun, yang perlu ditekankan adalah upaya mitigasi dan penanggulangan bencana agar meminimalisir korban bencana. Kalau demikian, sosialisai dan pelatihan penanggulangan bencana serta bekal perlindungan diri saat terjadi bencana menjadi soft skill yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Selama penanggulangan bencana, pihak pemerintah yang diwakili BNPB pun tidak bisa bekerja sendiri, kerjasama dengan relawan dan masyarakat pun sangat diperlukan untuk melakukan bantuan dan recovery bencana.
Mas Bejo, selaku penyandang disabilitas terdampak bencana membagikan pengalamannya, bahwa saat mengalami bencana gempa di Bantul pada 2006. Dirinya belum memiliki pengetahuan untuk menyelamatkan diri terutama bagi penyandang disabilitas.
Melihat kondisi demikian, pihak pemerintah pun berdiskusi dengan NGO dan para penyandang disabilitas terkait bencana dan penanggulangannya hingga diterbitkan Perka BNPB No. 14 Th. 2014 bahwa selama terjadi bencana, penyandang disabilitas akan mendapatkan tiga hal, pertolongan, partisipasi dan perlindungan. Pertolongan berupa akses bantuan, partisipasi dalam penanganan bencana sesuai kemampuan masing-masing penyandang disabilitas dan perlindungan selama terjadinya gempa. Namun, perlu diperhatikan kemungkinan munculnya double disability atau pun triple disability, saat penyandang disabilitas terkena bencana dan menambah ketidakmampuannya dalam menjalankan beberapa hal.
Mas Bejo, berada 1 km dari pusat gempa di Bantul, dan mengalami bencana gempa di tahun 2006. Dengan tidak adanya kemampuan dan pengetahuan bertahan pada bencana, akhirnya mencetuskan Pelita (Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta) pada tahun 2016. Yang paling menjadi perhatian pada saat itu, adalah menghilangkan stigma penderita kusta saat terjadinya bencana. Pasalnya, ketika terjadi bencana, penyandang kusta akan dipinggirkan dan dipisahkan dari masyarakat umum, bahkan dari keluarganya. Berbeda dengan penyandang disabilitas yang tidak mengalami kusta, kelompok penyandang disabilitas non-kusta, masih bisa diterima di tempat penampungan korban bencana umum.
Edukasi bahwa kusta tidak mudah menular, penyakit kusta bisa disembuhkan hingga terhapusnya stigma penyandang kusta masih menjadi PR bersama di tengah masyarakat. Hal ini salah satu program yang juga dilakukan oleh Pelita dan BNPB. Kita sebagai masyarakat pun, dengan mengetahui fakta kusta tidak mudah menular dan bisa disembuhkan, juga bisa berkontribusi dengan turut menyosialisasikan hal ini kepada keluarga dan rekanan terdekat.
Aplikasi InaRISK Personal |
Bagi masyarakat, sebagai upaya peningkatan pengetahuan seputar bencana bisa mengunduh aplikasi InaRISK Personal yang disediakan oleh BNPB dengan dukungan dari ESDM, Kementerian PU-Peram dan BMKG serta beberapa lembaga lainnya. Aplikasi ini merupakan aplikasi yang berisi informasi tingkat bahaya suatu wilayah dan dilengkapi dengan rekomendasi aksi untuk melakukan antisipasi secara partisipatif.
Aplikasi InaRISK Personal terus dikembangkan dan berevolusi untuk memenuhi kebutuhan pembaruan data, informasi dan metodologi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Semoga kehadiran aplikasi ini dapat mewujudkan bangsa Indonesia yang tangguh menghadapi bencana.
InaRISK Personal bisa diunduh baik di PlayStore maupun di AppStore, yuk siap siaga terhadap bencana!
informasi ini sangat berguna sekali bagi saya, dan kebetulan saya sendiri adalah orang cianjur yang merasakan bagaimana awal mula gempa ini terjadi dan setelah itu kekhawatiran terjadi dimana-mana dengan banyaknya mobil ambulan yang berseliweran dijalanan, jujur waktu itu sangat mencekam sekali suasananya, apalagi listrik padam dan saluran komunikasi tiba-tiba putus, dan mini market jam 4 sudah tutup semua, melihat banyak orang yang terluka selama berada di rumahsakit sayang cianjur itu sungguh menyesakan dada...
ReplyDeleteWah iyaa akhir-akhir ini sering tedengar gempa yaa mbak, saya turut berduka. Sepertinya ini aplikasi juga bermanfaat nih untuk berjaga-jaga kalau amit ada bencana lagi. Itung-itung bisa sigap, dan meminimalisir jumlah korban bencana.
ReplyDeletepenting banget pengetahuan penanggulanagan bencana, apalagi untuk yang disabilitas agar bisa meminimalisir dampak akibat bencana
ReplyDeleteKebayang sih. Pada saat nggak ada bencana alam saja. Para disabilitas menjalani hidupnya dengan nggak mudah. Gimana saat bencana?
ReplyDeleteBelum lagi, stigma yang bikin mereka makin terisolasi.
Siapapun memang perlu punya wawasan tentang mitigasi risiko bencana, agar bisa lebih siap menghadapi. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT ya kak, aamiin
ReplyDeleteAku kemarin juga nyimak live streamingnya ini kak dan sama sekali ngga kebayang dulu tuh sebelum ikut live mereka, gimana dengan disabilitas? ya Allaah ga kebayang gimana paniknyaa ya kak :(
ReplyDeletewah iya ya, aku gak kepikiran penanganan bencana terhadap disabilitas gini. ternyata ada penanggulangan bencana inklusif buat penyandang disabilitas juga ya. pasti mereka lebih kesulitan lagi ya ngadepin bencana kayak gempa gini. semoga korban disabilitas yang terdampak dan korban-korban lainnya bisa terus sehat.
ReplyDeleteTulisanmu mengingatkan ku saat kemaren ikut acara Omah Gembira sama temen tuli dan disabilitas mba.
ReplyDeleteAda yang tanya gimana mitigasi bencana alam buat teman disabilitas?
Aku baru ngeh kalo memang ada kemungkinan munculnya double disability atau pun triple disability. Makanya penting banget lho ya sosialisai dan pelatihan penanggulangan bencana serta bekal perlindungan diri saat terjadi bencana menjadi soft skill yg dibutuhkan.
Pengetahuan seputar penanggulangan bencana penting terus disosialisasikan ya, tak terkecuali untuk teman-teman disabilitas. Bersyukur sekarang sudah ada aplikasi inaRISK yang seharusnya bisa jadi media awal untuk mengenalkan risiko kebencanaan di suatu daerah.
ReplyDeleteBaru tahu aku Mba ada aplikasi InaRISK yang bermanfaat banget untuk masyarakat, termasuk penyandang disabilitas OYPMK. Mengingat masih banyak stigma negatif di masyarakat mengenai penyakit Kusta ini. Semoga kedepannya tidak ada lagi diskriminasi untuk OYPMK dan bersama-bersama saling mendukung serta membantu jika ada bencana di lingkungan tempat tinggal.
ReplyDeleteEdukasi tentang kusta memang harus terus digaungkan Mbak,banyak yg kurang paham dan masih menganggap kusta itu menular.
ReplyDeleteSaya kalau ada berita begini malah nggak berani nonton, nggak tega sama yang jadi korban bencananya. Oya, insisiaif mas Bejo mencetuskan Pelita, patut diacungi jempol. Masalahnya orang indonesia masih memandang sebelah mata penyandang disabilitasn dan kusta. Semoga semakin banyak yang sadar, bahwa kusta itu penyakit bukan menular dan bisa disembuhkan.
ReplyDeleteBaru tahu ada aplikasi InaRISK. Semoga mempermudah penggunanya dan bisa mengurangi dnapak bencana alam..
ReplyDeleteYa Allah, masih ada ya orang kusta yang dipisahkan dari kelompok penduduk saat terjadi bencana. Apa mereka takut tertular? Padahal kusta kan bisa menular secepat itu. Harus diedukasi nih masyarakat kita biar gak mendiskrimasi penderita kusta. Kasihan
ReplyDeleteWah baru tahu juga ada Aplikasi InaRISK Personal yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dampak bencana alam termasuk pada penyandang disabilitas. Edukasi dan sosialisasi seperti ini memag penting sekali dan yah semoga ke depannya semakin banyak masyrakat yang sadar dan tidak lagi bersikap diskrimiasi pada penderitaa kusta maupun OYPMK
ReplyDelete